Cacar Monyet Ditemukan Di Jakarta

Laporan: Sinpo
Sabtu, 27 Agustus 2022 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Pada Mei 2022, sejumlah kasus monkeypox diidentifikasi di beberapa negara non-endemik. Ini berbeda dengan pola kejadian monkeypox pada masa lalu

SinPo.id -  Kasus cacar monyet atau Monkeypox ditemukan di Indonesia pada 20 Agustus 2022 pekan lalu. Penyakit yang telah banyak menimpa warga Amerika Serikat itu pertama kali diderita pada seorang pria berusia 27 tahun di DKI Jakarta, usai perjalanan dari Eropa. Meski masyarakat diminta tenang, namun ancaman virus itu bisa menganggu publik seperti pandemi Covid-19.  

“Hari ini, pasiennya ada yang satu terkonfirmasi dari DKI Jakarta, seorang laki-laki, umur 27 tahun,” kata Juru bicara Kementerian Kesehatan Muhammad Syahril, saat konferensi pers daring Sabtu 20 Agustus 2022.

Syahril mengatakan, pasien cacar monyet sebelumnya pelaku perjalanan dari luar negeri dengan gejala demam dan ruam di beberapa bagian tubuh. “Kemudian juga ada pembesaran kelenjar limpa, tapi keadaannya baik, artinya tidak sakit berat dan ada cacar-nya atau ruam-ruamnya di muka, di telapak tangan, kaki dan sebagian di sekitar alat genitalia," kata Syahril menambahkan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria menyebut, pasien pertama cacar monyet di Indonesia tinggal di sebuah indekos di Jakarta, meski domisili detail pasien tersebut tidak dapat disampaikan.

"Atas kesepakatan bersama, jadi domisilinya belum bisa disampaikan. Pokoknya di Jakarta, tinggal di kos-kosan, usianya 27, laki-laki, baru pulang dari Eropa Barat," kata Riza.

Riza mengaku sudah menginformasikan lingkungan sekitar terkait adanya pasien cacar monyet tersebut.  "Sekitarnya juga sudah diberi tahu ya. Jadi sementara yang bersangkutan itu sudah diperiksa, cuma ada delapan titik seperti cacar, sudah membaik, alhamdulilah, dan sudah diperiksa, tidak ada masalah," ujar Riza menjelaskan.

Sedangkan warga yang kontak erat dengan pasien terkonfirmasi cacar monyet tersebut dikarantina untuk mencegah penularan. Riza mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap menjalankan protokol kesehatan guna mencegah penularan cacar monyet serta penyebaran Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti menyampaikan hasil tracing Dinkes DKI telah menemukan tiga orang kontak erat dengan pasien pertama cacar monyet di Jakarta. Namun, sampai saat ini ketiganya dalam kondisi baik dan tidak mempunyai keluhan kesehatan.

Sedangkan sebelum ditemukannya kasus pertama ini, Dinkes DKI Jakarta sudah pernah menerima laporan dan melakukan penyelidikan epidemiologi pada 11 orang terduga yang ditemukan sejak 20 Mei 2022, namun setelah melalui pemeriksaan laboratorium diketahui negatif cacar monyet.

"Hal ini sebagai bagian dari upaya menemukan kasus sedini mungkin, agar dapat dilakukan pemutusan rantai penularan dengan segera,” kata Widyastuti.

Cacar Monyet Tertinggi di Amerika, ditemukan pertama kali di Afrika

Kasus cacar monyet di Amerika Serikat mencapai lebih dari 15 ribu kasus sejak pertama kali terdeteksi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, hingga Senin, 22 Agustus 2022, lalu menyebut jumlah kasus cacar monyet di negeri Paman Sam keseluruhan tercatat 15.433 kasus.

"New York memiliki kasus terbanyak, dengan 2.910, diikuti oleh California dengan 2.663 dan Florida dengan 1.588," tulis data CDC

Kondisi itu menimbulkan kritik terhadap pemerintahan Joe Biden, termasuk kegagalan untuk memesan cukup vaksin, mempercepat perawatan, dan membuat tes untuk mencegah wabah.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), selama seminggu terakhir, negeri Paman Sam mengalami peningkatan infeksi cacar monyet terbesar di negara mana pun.

WHO menyebut cacar monyet penyakit yang disebabkan virus monkeypox, penyakit zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia.

Penyakit itu pertama kali diidentifikasi pada sekumpulan monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian pada 1958. Penyakit ini baru ditemukan pada manusia pada 1970.

Monkeypox umumnya ditemukan di Afrika Tengah dan Afrika Barat, hutan hujan tropisnya merupakan habitat umum bagi hewan-hewan pembawa virus ini. Orang-orang dengan monkeypox terkadang terdeteksi di negara-negara lain di luar Afrika Tengah dan Afrika Barat setelah bepergian dari daerah-daerah endemi monkeypox.

Sejak tahun 1970, kasus monkeypox pada manusia telah dilaporkan di 11 negara Afrika antara lain, Benin, Gabon, Kamerun, Liberia, Nigeria, Pantai Gading, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Sierra Leone, dan Sudan Selatan.

Terkadang, ada pula kasus di negara-negara non-endemik. Kasus-kasus ini umumnya dilaporkan terjadi pada orang-orang yang pernah melakukan perjalanan ke negara-negara endemik. Salah satu wabah disebabkan kontak dengan hewan-hewan yang terinfeksi dari mamalia-mamalia kecil impor lainnya.

Pada Mei 2022, sejumlah kasus monkeypox diidentifikasi di beberapa negara non-endemik. Ini berbeda dengan pola kejadian monkeypox pada masa lalu.  WHO bekerja dengan semua negara terdampak untuk meningkatkan surveilans serta memberikan panduan tentang cara menghentikan penyebaran dan mengobati orang-orang yang terinfeksi.

Ada beberapa vaksin pencegah cacar yang juga memberikan perlindungan tertentu terhadap monkeypox.  Sebuah vaksin baru yang dikembangkan untuk penyakit cacar (MVA-BN – disebut juga Imvamune, Imvanex, atau Jynneos) pada 2019 telah disetujui untuk digunakan dalam mencegah monkeypox, tetapi belum tersedia secara umum.

Orang yang telah menerima vaksin cacar juga akan memiliki perlindungan tertentu terhadap monkeypox.

Vaksin cacar original tidak lagi tersedia bagi masyarakat umum, dan orang-orang berusia di bawah 40 hingga 50 tahun kemungkinan belum menerima vaksin ini, karena vaksinasi terhadap cacar dihentikan pada tahun 1980 setelah menjadi penyakit pertama yang dieradikasi (dimusnahkan total).

Sebagian tenaga laboratorium dan tenaga kesehatan mungkin telah divaksinasi dengan vaksin cacar yang lebih baru.

Gejala dan Penanganan

Badan Kesehatan dunia WHO menyebut beberapa gejala umum dialami penderita cacar monyet, di antaranya penderita mengalami demam, sakit kepala berat, nyeri otot,  sakit pinggang,  lemah lesu, pembengkakan kelenjar getah bening, serta ruam kulit atau luka pada kulit.

Sedangkan penularan Cacar monyet dapat menjangkiti manusia yang berkontak fisik dengan hewan terinfeksi. Binatang inang terdiri dari hewan pengerat dan primata.  Risiko tertular monkeypox dari hewan dapat diturunkan dengan menghindari kontak tanpa perlindungan dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati, termasuk daging dan darahnya.

Selain itu orang dengan cacar monyet dapat menginfeksi selama mengalami gejala, umumnya antara dua dan empat pekan.  Penularan itu melalui kontak fisik erat dengan orang yang bergejala.

Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala cacar monyet hilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa pekan, tetapi pada sebagian orang, gejala-gejala ini dapat menimbulkan komplikasi medis dan bahkan kematian.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melalui Satgas Monkeypox atau cacat monyet meminta masyarakat tetap tenang dan tidak panik.

"PB IDI melalui Satgas Monkeypox atau Clades PB IDI meminta masyarakat tetap tenang dan tidak panik, sesuai arahan Kementerian Kesehatan RI," tulis pernyataan PB IDI.

PB IDI terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat, serta IDI Wilayah dan IDI Cabang mengenai kewaspadaan penyakit ini. "Kami meminta tim medis dan tenaga kesehatan untuk tetap waspada dan segera melaporkan pada Dinas Kesehatan setempat jika ditemukan pasien dengan gejala mirip cacar monyet, bisa segera ditangani dan ditindaklanjuti," ujar Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi.

Ketua Satgas Monkeypox atau Clades PB IDI Hanny Nilasari mengingatkan, meski sudah ada kelonggaran kegiatan di berbagai tempat, masyarakat tetap perlu mempertahankan protokol kesehatan secara ketat, serta lebih aktif menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Bagi yang merasa bergejala dapat segera berobat menemui dokter terdekat," kata Hanny.

Masyarakat yang merasa mengalami gejala atau pernah berkontak erat dengan orang yang mengalami cacar monyet, diminta segera ke dokter untuk  pengujian, dan perawatan medis dari tenaga kesehatan. Jika memungkinkan, lakukan isolasi mandiri dan hindari kontak erat dengan orang lain.sinpo

Komentar:
BERITALAINNYA