Musibah Banjir Melanda Jabodetabek

Di Bogor tak hanya banjir, namun masuk kategori bencana hidrologi terjadi di 53 desa dalam wilayah 23 kecamatan. Banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pergerakan tanah, disebabkan hujan sejak Minggu 2 Maret hingga Selasa 4 Maret 2025.
SinPo.id - Banjir parah kembali melanda wilayah Bekasi, Bogor bahkan di Jakarta hingga daerah penyangga lain, seperti Tangerang dan Depok. Sejumlah catatan menyebutkan di Kabupaten Bekasi menjadi salah satu terdapak parah, di daerah itu terdapat tujuh kecamatan yang terdampak mulai Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Medan Satria, Jatiasih, Pondok Gede, hingga Kecamatan Rawalumbu.
“Banjir yang terjdi di Kota Bekasi akibat curah hujan ekstrem sejak Senin (3 Maret) menyebabkan sungai-sungai di Kota Bekasi meluap dan menggenangi permukiman warga serta beberapa fasilitas umum,” ujar Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo, Rabu 5 Maret 2025.
Hingga Selasa 4 Maret lalu banjir belum surut, di beberapa lokasi terdampak listrik padam, sehingga pihak berwenang masih mengevakuasi warga dan pendataan korban serta fasilitas umum terdampak. Dody memastikan, akan terus melakukan langkah-langkah terbaik penanganan banjir di Kota Bekasi.
"Kami terus memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan masyarakat terdampak. Kementerian PU akan memberikan dukungan penuh dalam menangani dampak banjir di Bekasi," kata Dody menjelaskan.
Bencana Hidrologi Menimpa Bogor
Sedangkan di kabupaten Bogor tak hanya banjir, namun masuk kategori bencana hidrologi yang terjadi di 53 desa dalam wilayah 23 kecamatan. Bencana itu meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pergerakan tanah, akibat hujan sejak Minggu 2 Maret hingga Selasa 4 Maret 2025. Bencana itu merusak 156 unit rumah dan sejumlah fasilitas umum termasuk jembatan penghubung antar desa yang putus serta sejumlah rumah yang hanyut terbawa banjir bandang.
"Untuk korban terdampak ada 3.442 jiwa, 7 di antaranya luka-luka dan ada 1 orang meninggal dunia. Kemudian ada 401 keluarga yang mengungsi," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Adam Hamdani, Selasa, 4 Maret 2025.
Adam mengatakan, banjir terparah terjadi di wilayah Puncak meliputi tiga kecamatan:Cisarua, Megamendung, dan Ciawi. Di daerah itu terdapat seorang dilaporkan meninggal dunia akibat hanyut oleh banjir bandang. Hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut menyebabkan air sungai meluap dan mengakibatkan jembatan penghubung Desa Jogjogan dan Desa Leuwimalang Kecamatan Cisarua, yang biasa digunakan warga untuk beraktivitas warga, putus tidak bisa dilewati.
"Kondisi ini lah yang menjadi pemicu bencana di beberapa titik lokasi di Kabupaten Bogor," ujar Adam menjelaskan.
Sedangkan di Jakarta, air menggenangi sejumlah kawasan, di antaranya di Kompleks IKPN Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Selasa 4 Maret lalu dengan ketinggian air mencapai 4 meter. Kapolsek Pesanggrahan Ajun Komisaris Seala Syah Alam mengatakan, debit air itu terus meninggkat sehngga listrik di sekitar perumahan masih dipadamkan. Sedangkan kepolisian dan tim terkait terus berupaya mengevakuasi warga yang terdampak.
"Warga yang rumahnya 2 lantai sebelumnya belum mau evakuasi sekarang mau dievakuasi," tambah Seala syah Alam.
Saat ini, warga yang terdampak banjir dievakuasi ke dua lokasi pengungsian, masing-masing di IPT Trisakti dan Masjid Al-Humara. Seala juga mengungkapkan sekitar 400 lebih keluarga terkena dampak. “Upaya penanganan terus dilakukan untuk memastikan keselamatan warga dan meminimalisir dampak banjir lebih lanjut,” katanya.
Catatan Pusat Data Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, pada Selasa 4 Maret 2025 malam, banjir masih merendam 119 RT di kawasan Cililitan dengan ketinggian air tertinggi mencapai 3,7 meter. Data BPBD setempat menunjukka hingga pukul 20.00 WIB, Selasa malam, air juga menggenangi dua ruas jalan.
"BPBD mencatat saat ini genangan terjadi di 119 RT dan 2 ruas jalan tergenang," ujar Kepala Pusat Data Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, MKepala Pusat Data Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Mohammad Yohan.
Catatan SinPo.id menunjukkan banjir juga melanda Kabupaten Tangerang menggenangi tujuh desa dengan jumlah warga terdampak mencapai 4.157 jiwa. Sedangkan di Tangerang Selatan, banjir belum surut di sebagian besar wilayah, berdampak pada 1.870 keluarga di lima kecamatan. Di Depok, banjir melanda 15 kelurahan di delapan kecamatan, meski tak separah di Bekasi dan Bogor. Tercatat banjir 30 hingga 40 centimeter di Kelurahan Pasir Putih, Pancoran Mas. Total 603 keluarga atau 398 jiwa terdampak, dengan beberapa fasilitas umum juga rusak.
Cuaca Ekstrem Penyebab Bencana Jabodetabek
Pakar Klimatologi BRIN Erma Yulihastin menyebut curah hujan ekstrem pada Selasa 4 Maret dini hari disebabkan penjalaran konveksi dari Lampung. Peningkatan hujan di Sumatera itu berkaitan dengan pertumbuhan bibit vorteks Samudra Hindia. Ia menyebut kondisi ini terus berlangsung hingga 1 Maret sehingga menimbulkan lonjakan hujan tersebut menunjukkan modulasi hujan dipicu oleh penyebab sinoptik di Samudra Hindia.
"Hujan dinihari terjadi di Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, yg merupakan efek penjalaran konveksi dari Lampung," ujar Erma, Rabu 5 Maret 2025
Ia mengimbau agar seluruh pihak waspada selama 10 hari di bulan Ramadan terhadap banjir-banjir yang bisa terjadi imbas meluapnya DAS Ciliwung karena hujan persisten yg mengguyur di sepanjang aliran DAS, dari Bogor hingga Jakarta.
"Agar selalu siaga dengan potensi banjir besar di Jakarta," ujar Erma mengingatkan.
Sedangkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyebut curah hujan tinggi terjadi selama beberapa waktu terakhir disebabkan oleh sejumlah faktor cuaca. Kondisi itu sebelumnya diprediksi sejak akhir 27 Februari, tentang potensi hujan lebat dan dapat berkembang ekstrem.
"Kami mendeteksi adanya gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, kemudian juga gelombang Kelvin, kemudian terjadi low pressure area, dan pertemuan beberapa belokan dan pertemuan angin dari berbagai arah," ujar Kepala BMKG Dwikorita.
Ia mengingatkan potensi terjadi hujan lebat hingga sangat lebat, bahkan dapat berkembang menjadi ekstrem, terutama di sebagian besar Sumatera dan Jawa, serta Kalimantan bagian barat dan tengah. “Termasuk di Sulawesi bagian utara, Maluku utara serta kepulauan Papua yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi,” ujar Dwikorita .
Dwikorita membandingkan banjir yang terjadi kali ini dengan banjir yang menerjang wilayah Jakarta pada 2020. menurut dia, ada perbedaan fenomena pada dua bencana banjir tersebut.
Pada 2020, kata Dwikorita, banjir disebabkan oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dan seruakan dingin atau cold surge dari dataran tinggi Asia.
"Karena saat itu, selain MJO, juga masuknya seruakan udara dingin dari dataran tinggi Asia. Kalau kali ini memang ada pengaruh MJO, kemudian juga adanya pengaruh gelombang atmosfer, serta juga pengaruh kondisi lokal," ujar Dwikorita menjelaskan.
BMKG juga sudah mendeteksi kumpulan awan Cumulonimbus yang memenuhi Jawa Barat hingga Jakarta pada beberapa hari sebelumnya. Awan tersebut juga terlihat di wilayah Sumatra bagian selatan yang bergerak ke arah Jambi, Bengkulu, sampai Sumatra Barat.
Pendapat tersebut dipertegas Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusumastuti yang menyebut banjir di Bekasi bukan disebabkan oleh tanggul jebol, melainkan karena intensitas hujan yang sangat tinggi yang menyebabkan sungai meluap.
"Berdasarkan pengamatan kami, itu tidak ada tanggul yang jebol, tapi volume intensitas hujan memang sangat tinggi sekali. Jadi ini meluap," ujar Diana.
Kementerian PU menunggu banjir surut sebelum penyedotan air dan pengerukan sedimentasi sungai. Pemerintah juga telah mengirimkan perahu karet dan alat penyelamatan lainnya untuk membantu evakuasi warga terdampak.
"Kita juga sudah kirim perahu karet, yang penting penduduk diamankan terlebih dahulu. Nanti untuk penanganannya, kita akan keruk sedimentasi di sungai yang utama harus dilakukan bersama," kata Diana menjelaskan.
Mencari Langkah Kongrit Penanganan
Bencana yang sering terjadi di Jabodetabek itu menjadi perhatian komisi II DPR RI di Senayan, yang meminta pemerintah pusat mengambil langkah konkret, secara komprehensif dan holistik.
"Kami meminta Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan penanganan banjir di Jabodetabek sebagai salah satu legacy dengan kebijakan yang holistik dan komprehensif dari hulu hingga hilir," kata Anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Khozin.
Ia juga menekankan pentingnya peran pemerintah pusat dalam mengoordinasikan langkah-langkah strategis untuk menuntaskan persoalan banjir yang selalu berulang setiap tahunnya. Sehingga hal itu tidak hanya berbasis pada kebijakan daerah saja. Penanganan dari hulu sangat penting, salah satunya pengendalian alih fungsi lahan yang mejadi pemicu banjir bandang di Bogor, termasuk juga mengaudit perizinan pembangunan perumahan dan pusat perbelanjaan di Jabodetabek.
"Kita harus memastikan bahwa pembangunan di Jabodetabek tidak semakin memperparah kondisi lingkungan. Perlu audit menyeluruh terhadap perizinan perumahan dan pusat perbelanjaan agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan," ujar Khozin menjelaskan.
Ia mengusulkan agar DPR juga menggelar rapat dengan pemerintah pusat dan daerah, melibatkan berbagai komisi untuk membahas persoalan banjir. Karena banjir yang terus terjadi di Jabodetabek menjadi tantangan besar bagi pemerintah, terutama di saat bulan Ramadan seperti sekarang.
"Saya mengusulkan agar DPR segera menggelar rapat dengan pemerintah pusat dan daerah di wilayah aglomerasi untuk menyusun solusi dari hulu hingga hilir," katanya.
Sedangkan BNPB berupaya menangani bencana banjir di Jabodetabek dengan menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Operasi ini dimulai Selasa 4 Maret 2025 menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B dengan nomor registrasi PK-SNP, bertujuan untuk mengalihkan curah hujan ke area yang lebih aman.
Tercatat BNPB menyebarkan garam (NaCl) sebanyak 1 ton setiap sorti pada ketinggian 8.000 hingga 11.000 kaki. Operasi ini dilakukan dalam tiga sorti per hari, meliputi sorti pertama pukul 15.00 hingga 17.00 WIB, Sorti kedua pukul 17.30 hingga 19.30 WIB dan Sorti ketiga pukul 20.00 hingga 22.00 WIB
OMC ini akan berlangsung hingga 8 Maret 2025 menyesuaikan dengan prediksi cuaca yang masih menunjukkan potensi hujan lebat di Jabodetabek dan Jawa Barat.
"Saat ini kita mulai dari tanggal 4 hingga 8 Maret mengingat prediksi curah hujan masih cukup tinggi," ujar Kepala BNPB, Suharyanto.
Menurut Suharyanto, operasi itu bertujuan menurunkan intensitas hujan dan mengurangi risiko banjir lebih lanjut. Sedangkan hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi pada pertengahan Maret 2025, sehingga BNPB akan terus melakukan OMC untuk meminimalkan dampaknya.
BNPB memastikan keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama, dengan mendukung pemerintah daerah dalam situasi tanggap darurat hingga masa pemulihan. Selain itu, BNPB akan menyediakan peralatan dan bantuan kebutuhan dasar bagi warga terdampak banjir.
“Dengan langkah ini, BNPB berharap risiko bencana akibat hujan ekstrem dapat ditekan, serta proses pemulihan bagi warga Jabodetabek dapat berjalan lebih cepat,” kata Suharyanto menjelaskan. (*)