Penembakan Perantau Asal Indonesia

Seorang WNI dinyatakan meninggal, tiga lainnya termasuk serta seorang dalam kondisi kritis akibat penembakkan oleh Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Jumat 24 Januari 2025 pekan lalu.
SinPo.id - Suara senapan aparat Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) memecah kesunyian dini hari di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia, Jumat 24 Januari 2025 pekan lalu. Senapan memuntahkan peluru mengarah kapal mengangkut pekerja migran indonesia (PMI) yang hendak pulang merantau dari Malaysia ke kampung halaman. Peristiwa itu terjadi sekitar 10 menit ketika kapal berlayar. Sedangkan seorang WNI dinyatakan meninggal dunia, tiga lainnya luka serta seorang dalam kondisi kritis. WNI yang terluka dirawat di beberapa rumah sakit di wilayah Selangor, Malaysia.
“Menurut keterangan salah satu saksi korban, aparat Malaysia melepaskan sekitar 10 kali tembakan, dalam kejadian yang terjadi pada dini hari itu,” ujar Atase Polri di Malaysia Kombes Juliarman Eka Putra Pasaribu, dikutip dari Kompas.com.
Keterangan Juliarman mengacu kesaksian dua orang korban penumpang kapal tersebut, empat hari usai kejadian, tepatnya Selasa, 28 Januari lalu. Kedua saksi yang ikut menumpang di kapal itu berasal dari Kecamatan Rupat, Riau.
Kedua korban merupakan pekerja migran Indonesia yang hendak pulang dari Malaysia. Mereka menggunakan jalur tak resmi dengan membayar 1.200 hingga 1.500 ringgit ke seseorang bernama Malik, yang diduga kuat dalang penyelundupan pekerja migran ilegal.
"Mereka membayar ada yang 1.500, 1.200 ringgit, kepada seseorang bernama Malik, untuk pulang ke Dumai pada tanggal 24 Januari pukul 03.00 dini hari tersebut," kata Juliarman.
Saksi tersebut menumpang sebuah kapal bersama sekitar 20an orang, termasuk tiga anak buah kapal. Tidak hanya berasal dari Dumai, para penumpang kapal tersebut ada pula yang berasal dari Aceh. Namun mereka tidak saling kenal, sedangkan seluruh penumpang kapal itu warga negara Indonesia.
Juliarman membantah penembakan oleh APMM akibat perlawanan terhadap petugas. Bantahan itu mengacu kesaksian penumpang. " Dari fakta-fakta di lapangan pada saat ini masih belum menemukan adanya perlawanan yang dilakukan WN Indonesia. Namun, statement resminya dari pihak KBRI dan duta besar," katanya.
Sedangkan informasi dari Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM), APMM menembaki kapal yang diduga membawa WNI yang hendak meninggalkan Malaysia secara ilegal setelah diduga melawan terhadap petugas.
Ulah Berlebihan Aparat Malaysia
Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani menilai penembakan aparat APMM terhadap perantau Indonesia itu tindakan berlebihan.
“Padahal, jika memang PMI tersebut unprosedural, biasanya otoritas Malaysia melakukan penangkapan terlebih dahulu, bukan langsung ditembak hingga tewas,” ujar Christina, di Kantor K2PMI, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu, 26 Januari 2025.
Christina mengakui informasi lima orang pekerja migran Indonesia yang ditembak berangkat melalui jalur ilegal atau unprosedural. "Lima orang WNI Pekerjaan Migran Indonesia unprocedural. Untuk ke mananya belum tahu pasti. Ini baru dugaan, tapi mereka ditemukan di Perairan Tanjung Rhu," kata Christina menambahkan.
Kawasan perairan Tanjung Rhu, Selangor, memang kerap menjadi jalur perlintasan pekerja migran ilegal. Perlintasan itu biasanya jadi akses ke Medan dan daerah-daerah sekitar Sumatera.
Meski begitu, Christina, mendesak Pemerintah Malaysia mengusut tuntas tindakan petugas APMM yang menembak lima pekerja migran Indonesia, yang menimbulkan satu di antranya meninggal dunia.
"Kami mendesak Pemerintah Malaysia mengusut tuntas terhadap peristiwa ini. Juga mengambil tindakan tegas terhadap petugas Patroli APMM apabila terbukti melakukan tindakan kekuatan berlebihan atau excessive use of force," kata Christina menegaskan.
Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia mendorong pertemuan dengan pemerintah Malaysia membahas penanganan terhadap PMI illegal agar insiden penembakan tak terulang.
"Pertemuan untuk membahas langkah-langkah pencegahan agar insiden serupa tidak terulang. Termasuk cara-cara penanganan pekerja migran unprosedural secara manusiawi," katanya.
Ia memastikan negara akan selalu hadir, memperhatikan, melindungi serta bersikap tegas menjamin pemenuhan dan penegakan hak asasi manusia (HAM) bagi para pekerja migran. KP2MI juga berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan atase polisi di KBRI Kuala Lumpur mendorong akses kekonsuleran untuk menjenguk para korban.
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, mendesak investigasi menyeluruh terhadap insiden penembakan yang melibatkan APMM di Tanjung Rhu, Selangor. Sugiono menyesalkan adanya korban jiwa akibat kejadian ini. “Menlu RI mendorong investigasi menyeluruh terhadap insiden penembakan, termasuk dugaan penggunaan kekuatan berlebihan,” ujar Sugiono.
Sugiono juga mengatakan, Kemlu dan P2MI berkomitmen memastikan hak-hak korban dipenuhi serta mendesak keadilan atas insiden ini. “Kami turut berduka atas kejadian ini dan akan terus memantau perkembangan investigasi,” katanya.
Momentum Perlindungan Perantau
Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal berharap penembakan pekerja migran Indonesia di Malaysia itu menjadi momentum perbaikan penyaluran perantau Indonesia melalui jalur nonformal.
Cucun meminta Kementerian PPMI membuat terobosan baru untuk menyelamatkan warga yang tergiur pekerjaan di luar negeri dengan cara-cara ilegal.
"Harus ada terobosan untuk menyelamatkan warga kita agar tidak semakin banyak yang tergiur bekerja di luar negeri secara unprocedural" kata Cucun.
Ia mengingatkan Kementerian PPMI memiliki banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Salah satunya masih banyakya PMI jalur nonformal hingga menyebabkan dampak-dampak turunan kepada pekerja Indonesia.
"Kita berharap Kementerian Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) bisa segera menyelesaikan banyaknya pekerjaan rumah terkait PMI, termasuk pekerja yang berangkat ke luar negeri tanpa jalur resmi seperti ini," kata Cucun menjelaskan.
Menurut dia, dibentuknya kementerian khusus terkait PMI menunjukkan komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk melindungi para pekerja migran Indonesia yang jumlahnya sangat besar. Apalagi bentuk kekerasan saat ini banyak menimpa pekerja migran adalah penyekapan hingga tindak pidana perdagangan orang (TPPO) ke sejumlah negara. Mereka bahkan dipaksa bekerja sebagai admin judi online.
Sedangkan anggota Komisi I DPR RI Oleh Soleh meminta pemerintah Indonesia serius mengusut penembakan terhadap pekerja PMI di Malaysia. Salah satunya dengan membentuk tim investigasi untuk menelusuri insiden tersebut.
"Pemerintah Indonesia harus bekerja keras untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Keadilan harus ditegakkan, dan tentu hal itu bergantung dengan diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia," kata Soleh.
Soleh meminta semua instansi terkait harus segera berkoordinasi menyelesaikan persoalan tersebut.
Kementerian P2MI, Kemenlu, Polri, dan TNI harus bergerak bersama. “Selain itu, pemerintah harus mengirimkan nota diplomatik kepada pemerintah Malaysia,” ujar Soleh menjelaskan.
Kemenlu melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Malaysia, harus meminta penjelasan kepada otoritas Malaysia terkait kasus tersebut.
Pemerintah juga harus memberikan pendampingan hukum terhadap para korban, serta mengurus pemulangan jenazah korban ke Indonesia. Selain itu, korban yang terluka juga harus dibawa pulang ke Tanah Air.
"Kami sangat berduka atas kejadian ini. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. Kejadian itu tidak boleh terulang lagi," katanya. (*)