keselamatan Jurnalis

Jurnalis Berpotensi Mengalami Kekerasan Selama Pilkada Serentak

Laporan: Sinpo
Jumat, 31 Mei 2024 | 17:24 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Pixabay.com)
Ilustrasi (SinPo.id/Pixabay.com)

SinPo.id -  Hasil riset Yayasan TIFA dan Populix menunjukkan jurnalis berpotensi mengalami kekerasan saat meliput pemilihan kepala daerah atau Pilkada serentak tahun ini. Hal itu mengacu hasil riset terhadap kekerasan yang dialami jurnalis selama proses Pemilu sebelumnya.

“Ini mengacu laporan riset Indeks Keselamatan Jurnalis yang menemukan selama proses Pemilu 2024 ancaman terhadap jurnalis cenderung meningkat,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan TIFA, Oslan Purba, dalam pernyataan resmi, Jum’at 31 Mei 2024.

Dalam riset yang dilakukan itu menunjukkan sebanyak 84 persen jurnalis melaporkan peningkatan tekanan atau ancaman terhadap selama proses Pemilu yang lalu dan menganggapnya  berada  dalam  tahap  mengancam. Dari  jumlah  tersebut,  51 persen bahkan mengkategorikannya sebagai sangat mengancam.

“Dengan situasi tersebut, jurnalis menjadi cenderung lebih berhati-hati membuat produk jurnalistik saat menjelang pemilu, angknya mencapai 85 persen” ujar Oslan menambahkan.  

Sikap hati-hati itu terjadi pada semua lini profesi dan tingkatan jurnalis, mulai dari manager, editor hingga jurnalis lapangan. Namun, sikap kehati-hatian cenderung lebih tinggi pada tingkat editor.

Sedangkan survei  dalam  penyusunan  Indeks  Keselamatan  Jurnalis  2023,  menunjukkan sebanyak  28 persen awak  media melaporkan mengalami kekerasan terkait dengan peliputan Pemilu. Bentuk   kekerasan   selama   peliputan   Pemilu   di   antaranya;   pelarangan   liputan   sebanyak 44 persen, pelarangan pemberitaan 41 persen, teror dan intimidasi 38 persen, penghapusan hasil liputan 35 persen. Sedanfkan sisanya dalam bentuk serangan digital, perusakan atau perampasan alat, hingga kekerasan fisik  sebanyak 23 persen.

“Ini menjadi sangat dipahami jika teman-teman jurnalis mengkhawatirkan keselamatan mereka selama peliputan kegiatan politik seperti Pemilu dan Pilkada,” ujar Oslan menegaskan.

Program  Jurnalisme  Aman  Yayasan  TIFA  mengimbau  penyelenggara  Pilkada  maupun stakeholder lainnya memperhatikan potensi kesalamatan jurnalis. Harapanya mengantisipasi untuk Pilkada serentak tahun ini yang meliputi 508 pemilihan.

Manajer Riset Populix Nazmi Haddyat Tamara mengatakan, survei kepada jurnalis ditemukan pihak yang paling banyak disebut memberi ancaman pada Pemilu yang lalu adalah individua atau kelompok dengan motif pribadi sebanyak 36 persen. Sedangkan Tim Sukses Paslon 33 persen.

“Selain itu  ancaman  datang  dari  partai  politik  19 persen),  buzzer 19 persen, perusahaan  medianya  sendiri 13 persen serta pihak pemerintah dan lembaga negara 12 persen,” ujar Nazmi.

Menurut Nazmi, laporan  riset  Indeks  Keselamatan  Jurnalis  2023 juga menemukan keselamatan  jurnalis Indonesia  masih  belum  sepenuhnya  terjamin.  Hal itu dibuktikan dengan Indeks  Keselamatan  Jurnalis  2023  berada pada skor 59,8 dari 100 atau masuk dalam kategori Agak Terlindungi.

“Skor itu di antaranya disumbang oleh angka kekerasan yang dialami jurnalis baik yang dihimpun melalui survei terhadap  536  jurnalis maupun dari kasus yang ditangani oleh Aliansi Jurnalis Independen sepanjang 2023,” ujar Nazmi menjelaskan.

 sinpo

Komentar: