Satgas Akui RI Perlu Belajar Penanganan Kasus Aktif COVID-19 dari Singapura

Laporan: Tisa
Rabu, 11 November 2020 | 12:06 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito (Foto: Tim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional)
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito (Foto: Tim Komunikasi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional)

sinpo, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito memastikan, pihaknya akan terus mencari formula terbaik untuk menekan kasus aktif virus Corona di tanah air.

Ia mengungkapkan, Indonesia akan belajar dari negara-negara tetangga seperti Thailand dan Singapura yang saat ini mampu menekan grafik kasus aktif COVID-19. 

"Indonesia bisa belajar dari negara tetangga seperti Thailand (dengan persentase grafik kasus aktif) 3,09% dan Singapura dengan persentase 0,09%," ujarnya melalui keterangan pers virtual, Selasa (10/11/2020).

Adapun laju kasus meninggal akibat virus Corona di Indonesia, lanjut dia, sejauh ini masih dapat terkendali penambahan kasusnya. 

Dirinya membandingkan dengan negara-negara lain yang justru laju penambahan kasusnya bertambah secara signifikan dalam waktu singkat. 

"Sementara Indonesia mampu mengendalikan laju kematiannya sehingga tidak ada sudden spike atau loncatan mendadak (grafik data)," kata Jubir Satgas COVID-19.

Hal Ini, menurutnya menunjukkan Indonesia telah menunjukkan sikap kehati-hatian dan kewaspadaan yang tinggi terhadap peningkatan penyebaran kasus virus mematikan ini. 

Namun, ia mencatat bila dibandingkan negara-negara lain, saat ini Indonesia memiliki angka kematian COVID-19 sebesar 3,33%. 

Catatan persentase ini, kata Wiku, lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia dengan angka kematian sebesar 2,47%. 

Bahkan, Wiku mengungkapkan angka kematian di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan negara-negara lainnya di kawasan Asia, Amerika dan Eropa. 

"Untuk Asia Tenggara saja Indonesia masih yang tertinggi. Dibandingkan Singapura 0,04%, Malaysia 0,71%, Thailand 1,5%, Filipina 2% dan Myanmar 2,31%," jelasnya.

Sedangkan, untuk negara lainnya di Asia seperti Jepang mencatat persentase kematian sebesar 1,68%. Persentase ini menunjukkan lebih rendah dari Indoensia. 

"Untuk Eropa dan Amerika seperti Swiss persentasenya 1,26%, Jerman 1,69%, Perancis 2,26%, Amerika Serikat 2,34% dan Belgia 2,6%," tuturnya.

Oleh sebab itu, dirinya mengharapkan agar tingginya angka kasus meinggal akibat COVID-19 ini harus menjadi perhatian semua pihak. 

"Indonesia harus belajar dari negara-negara yang menekan angka kematiannya," ucap Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.sinpo

Komentar: