Cerita Tukang Bersih Lilin Imlek Vihara Toa Sebio: Ada yang Dapat Angpao Rp15 Juta

SinPo.id - Pemberian angpao menjadi salah satu tradisi warga Tionghoa pada perayaan Imlek, termasuk yang ditunggu-tunggu masyarakat pada umumnya. Karena, merupakan simbol doa dan harapan untuk kebahagiaan serta kesejahteraan.
Dari pantauan SinPo.id di Vihara Dharma Jaya Toa Se Bio, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, pada Rabu, 29 Januari 2025, terlihat umat silih berganti keluar masuk vihara bersama keluarga maupun sendiri-sendiri.
Ketika kita memasuki Vihara, diarahkan oleh sekuriti untuk memasuki ke arah sebelah kiri tempat dan sebelah kanan tempat keluar. Tujuannya agar tidak terjadi penumpukan, yang membuat jemaat beribadah, dan menaruh lilin, terganggu.
Jemaat yang hadir rata-rata mengenakan pakaian berwarna merah, dan suasana vihara juga serba merah, baik lampion hingga lilin-lilin yang terderet. Tampak tukang bersih-bersih di Vihara ada yang santai, ada yang sibuk membersihkan bekas-bekas lilin yang sudah meluber.
Pak Saman (50), salah seorang tukang bersih musiman Imlek di Vihara Toa Sebio, terlihat terus mengintari lilin-lilin berukuran besar dan kecil, memastikan bekas luberannya sudah dibersihkan.
Menurut Saman, lilin yang berukuran besar ini, tiga hari baru habis terbakar semua. Sedangkan yang kecil, sehari sudah habis terbakar. Semua lilin ini, pada pukul 22.00 WIB, sudah dimatikan, pagi hari ini pukul 06.00 WIB dihidupkan kembali.
Ketika dipanggil oleh salah satu jemaat, Saman buru-buru menghampiri, dengan wajah sumrigah. Setelah itu ia duduk membuka isi angpao.
"Mayan lah isinya Rp20 ribu. Kaliin aja berapa angpao nanti," kata Saman, sambil tertawa pelan.
Saman menjelaskan, dirinya hanya membantu pengurus Vihara selama perayaan Imlek. Untuk sehari-hari berdagang minyak jelantah. Dan, minyak jelantah untuk keperluan Imlek di Vihara Toa Sebio, ia yang memasok.
Karena itu, sebagai balas budi, ia pun membantu pengurus Vihara Toa Sebio selama perayaan Imlek dan diberi gaji.
"Ini kan buat sampingan. Pas Imlek aja bantu-bantu lah. Kalau sehari-hari mah saya punya usaha sendiri. Saya main minyak jelantah buat di ekspor. Kan vihara ini saya yang ngambilin. Jadi ini sekalian bantu," kata Saman.
Lampion-lampion yang tergantung menghiasi Vihara Toa Sebio, Saman bersama satu temannya yang memasang. Jumlah lampion yang dipasang sebanyak 500 biji, diimpor dari negara China.
"Saya borongin (pasang) lampu lampion itu Rp1, 5 juta tuh. Kalo nggak ada halaman, dua hari pasangnya selesai. Lampunya bukan dari saya, impor dari China. Rp1, 5 juta itu ongkos pasang. Yang masang berdua, 500 biji. Kalo udah biasa mah cepat," kata Saman dengan ekspresi seolah sudah berpengalaman memasang lampion-lampion.
Sembari bercerita, ia kembali dipanggil oleh jemaat. Saman pun langsung bergegas, setelah itu ia kembali duduk melanjutkan ceritanya, sambil membenarkan letak angpao di kantongnya agar tidak jatuh. Namun kali ini ia tak mau langsung membuka.
"Ntar lah pas di rumah baru dibuka. Tapi agak tebalan dikit nih. Dua lembar lah kayaknya," kata Saman.
Kemudian, Saman mengisahkan angao-angapo yang didapatnya selama membantu acara perayaan Imlek, yang sudah dijalaninya selama empat tahun terakhir. Untuk orang-orang baru yang ikut membantu, kata Saman, biasanya mendapat angpao Rp200 - Rp400 ribu per hari.
"Sehari Rp400 ribu dikaliin lima hari, kan lumayan. Makan tinggal makan, ngopi tinggal ngopi, semua disediain. Cuma rokok aja yang nggak. Menang banyak," kata Saman.
Menurut Saman, tahun-tahun awal ia membantu Vihara Toa Sebio untuk persiapan perayaan Imlek, sama sekali tidak mendapatkan angpao. Sebab belum tahu cara agar diberi angpao oleh jemaat.
"Ini nggak ngilangin nih dua tahun kemari, mendingan (dapat angpaonya). Pertama-tama nol, saya bggak pernah dapat. Kalah sama yang senior. Yang senior kan lebih lama udah tahu, umat-umat sembahyang kan udah tahu. Muka-mukanya udah dihapalin. Kalo kita kan, 'wah ini muka baru nih'. Cuma muntahan aja kita mah. Tapi kita kan udah dapat gaji (diberi Vihara). Walau cuma dapat muntahan, tapi muntahan juga kita harus syukuri," kata Saman.
Saman lantas bersemangat mengisahkan orang lama di Vihara. Seorang nenek yang ikut membantu perayaan Imlek di Vihara Toa Sebio sudah selama 20 tahun terakhir. Nenek tersebut, menurut Saman, tidak mau disuruh berhenti bekerja selama perayaan Imlek, walau dikasih uang Rp1 juta per hari.
"Ada tuh nenek-nenek ibu-ibu tuh, disuruh libur jangan kerja pas imlek, dikasih Rp1 juta satu hari. Dia nggak mau. Begini 'lu jangan kerja selama imlek selama 5 hari kan ya dikasih Rp5 juta', dia gak bakal mau," tutur Saman.
Alasan nenek tersebut tidak mau berhenti, karena ia akan mendapatkan angapo lebih dari Rp5 juta. Ada sedikit satir dari nada bicara Saman, dengan menyebut nenek-nenek kerjanya hanya duduk, sedangkan yang lain sibuk k kesana kemari.
"Lebih gede dari pendapatan. Dia bisa dapat Rp15 juta. Kaget kan. Nggak percaya tanya nih yang orang baru (Saman sambil menujuk teman disampingnya yang mengangguk). Dia modal cuma duduk-duduk doang, yang datang (ngasih) Rp100 ribu, paling kecil Rp50 ribu," tutur Saman.
Nenek tersebut, ungkap Saman, sudah memahami orang-orang yang akan memberi angpao dengan nominal besar. Itulah alasan kenapa tidak mau diminta untuk istirahat dirumah selama perayaan Imlek, meski diberi uang.
"Dia udah ngeciriin muka-muka orang yg ngasih gede, udah paham dia. Kalo kita kan nggak paham. Belum paham muka-muka yang kasih gede. Intinya dari awal sampe selesai acara Imlek, seminggu kadang ampe 20 juta. Noh tanya aja nenek-nenel yang duduk itu, tapi nggak mau ngompong pasti," kata Saman.
Saat SinPo.id menghampiri nenek-nenek yang duduk di altar pintu masuk tempat sembahyang di Vihara tersebut, ia tak hanya diam, tidak mau diajak ngobrol. Sesekali ia berjalan menghampiri jemaat yang memanggilnya.
HUKUM 15 hours ago
HUKUM 1 day ago
OLAHRAGA 1 day ago