Pemilu 2024: Harapan Mereka yang Berada di Balik Jeruji Besi

Oleh: VoA Indonesia
Rabu, 14 Februari 2024 | 19:25 WIB
Pemilihan di lapas (SinPo.id/VoA)
Pemilihan di lapas (SinPo.id/VoA)

SinPo.id - Seperti halnya tempat pemungutan suara (TPS) di lingkungan masyarakat pada umumnya, TPS yang berada di tempat khusus seperti lembaga pemasyarakatan (lapas) pun tidak kalah sibuknya pada 14 Februari ini.

Situasi di Lapas Perempuan Kelas IIA, di Pondok Bambu, Jakarta Timur pun membuka dua TPS tepat pada pukul 07.00 WIB. Warga binaan lapas tersebut mulai berdatangan ke TPS untuk memberikan suara mereka dalam pemilu 2024 kali ini.

Para narapidana perempuan ini pun terlihat cukup antusias untuk mencoblos, seperti salah satunya, Titin. Perempuan berusia 40 tahun asal Kediri ini baru pertama kali mengikuti pemilu dari balik jeruji besi. 

Pasalnya Titin baru masuk ke lapas tersebut pada September 2022 dengan kasus tindak pidana korupsi. Mantan karyawan BUMN ini menyebut, pada dasarnya tidak ada perbedaan ketika mengikuti pemilu di dalam dan di luar lapas.

“Sementara ini, hak yang saya dapatkan sama, tetap tidak ada yang berbeda dengan yang di luar,” ungkap Titin.

Titin mengaku hanya bisa mendapatkan informasi tentang calon presiden dan calon wakil presiden dari televisi yang ada di lapas. Selain itu, pihak KPU katanya juga telah melakukan sosialisasi di lapas. Meski begitu, ia mengaku informasi yang didapatkan dari balik jeruji besi ini cukup untuk menentukan pilihan.

Ia pun memiliki harapan tersendiri bagi pemimpin yang terpilih kelak, yaitu salah satunya terkait masalah hukum yang ada di Tanah Air.

“Tentu saja yang berpihak kepada rakyat, karena kita merasakan, menjalani pidana yang sebenarnya juga ada sisi sedikit ketidakadilan. Jadi kita inginnya supremasi hukum ditegakkan. Calon yang paling bisa kami anggap bisa menegakkan supremasi hukum, itu yang kami pilih,” jelasnya.

Selain itu, Titin juga ingin pemimpin yang bisa berpihak kepada kaum muda dan bisa membawa Indonesia tentunya ke arah yang lebih baik.

“Dan yang membawa janji yang tidak terlalu muluk-muluk sehingga bisa dilaksanakan untuk lima tahun ke depan,” tambahnya.

Antusiasme serupa juga dirasakan oleh warga binaan Lapas Perempuan lainnya bernama Dewi. Perempuan asal Jakarta, berusia 41 tahun yang masuk ke lapas pada Maret 2023 karena kasus narkoba ini merasakan perbedaan signifikan ketika mencoblos di dalam lapas.

“Beda banget. Di sini lebih tertib, lebih teratur. Kalau di luar antri lama, di sini benar-benar tertib banget dan cepat,” ungkap Dewi.

Selain itu, ia mengaku lebih tenang mencoblos di dalam lapas karena tidak terpengaruh oleh banyak pihak di dalam lapas. “Kalau di sini, ya sudah milih sendiri, tahu sendiri, selesai,” tambahnya.

Lalu apa harapan Dewi terhadap pemimpin baru Indonesia kelak?

“Indonesia lebih maju, yang paling utama pendidikan itu lebih ditingkatkan dan lebih maju, misalnya sekolah gratis dan beasiswa. Lalu lebih banyak pemberdayaan untuk kaum perempuan dari segi ekonomi misalnya,” jelasnya.

Dewi juga berharap, pemerintah memberikan kesempatan yang sama bagi mantan narapidana yang kelak akan menghirup udara bebas usai menjalani hukuman.

“Pemerintah lebih membuka jalan bagi kami mantan napi, tidak ada lagi stigma buruk karena di sini juga kami melewati masa hukuman dengan penuh pembinaan dan pembaharuan pribadi yang lebih baik lagi,” jelasnya.sinpo

Komentar: