Wabah PMK, Pemerintah Tetap Perlu Investigasi

Laporan: Ari Harahap
Sabtu, 25 Juni 2022 | 20:36 WIB
Ilustrasi, (SinPo.id/pixabay.com)
Ilustrasi, (SinPo.id/pixabay.com)

SinPo.id -  Pemerintah diminta perlu investigasi penyebab penyakit mulut dan kuku (PMK)  yang saat ini menjadi momok bagi para peternak di tanah air. Tercatat Indonesia telah dinyatakan bebas dari PMK sejak tahun 1986, namun tiba-tiba muncul kembali pada tahun 2022 ini.

"Memang penting bagaimana pemerintah menginvestigasi secara menyeluruh karena banyak kerugian yang ditimbulkan akibat wabah PMK ini," ujar  anggota komisi IX DPR, Muchamad Nabil Haroen, kepada SinPo.id belum lama ini.

Nabil mengungkapkan berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), kerugian peternak akibat wabah PMK mencapai Rp 9,9 triliun karena mengganggu produktivitas dan menyebabkan banyak hewan ternak mati.

Sedangkan investigasi terkait kemunculan wabah PMK merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan pemerintah, jangan sampai kejadian tersebut terulang kembali.

"Kalau saya ingin meminjam logika virus di komputer, itu memang sengaja diciptakan supaya antivirusnya laku. Apakah ini juga terjadi di dunia peternakan?" kata Nabil mempertanyakan.

Meskipun PMK tidak menular ke manusia, semua pihak tidak boleh gegabah, agar hal-hal buruk tidak terjadi. Ia  berharap kerja sama semua pemangku kepentingan perlu dilakukan untuk mengatasi wabah tersebut.

Nabil juga mengimbau masyarakat, khususnya menjelang Idul Adha, pemotongan hewan kurban perlu dilakukan di tempat-tempat yang relatif aman, misalnya di rumah pemotongan hewan (RPH).

"Memang rasanya kurang afdol kalau misalnya ada hewan kurban kemudian tidak dipotong di masjid atau di mushala, memang ada perasaan tidak puas. Namun ketika musim wabah seperti ini, ya mencegah itu lebih baik," katanya.

ementara, Koordinator tim satgas pengendalian PMK Universitas Diponegoro (Undip) Dian Wahyu Harjanti menjelaskan PMK ialah penyakit infeksi virus (family Picornaviridae) yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah (cloven-hoofed).

"Nama lain penyakit ini antara lain aphthae epizootica (AE), foot and mouth disease (FMD). Virus PMK berukuran kecil (± 20 milimikron), tidak ber-amplop/ tanpa lapisan lemak dan memiliki capsid yang kuat sehingga virus ini sangat tahan terhadap desinfektan yang cara kerjanya melarutkan lemak," ujar Dian dikutip dari situs resmi Undip. 

Dian mengatakan penyakit PMK ini tidak ditularkan ke manusia atau bukan merupakan penyakit zoonosis. Namun, dia menerangkan jangan sampai penyakit ini menyebar antar-ternak yang peka dan manusia menjadi perantara atau penyebar kepada hewan yang peka.

"Pada manusia sendiri, tidak menimbulkan penyakit, namun dampaknya adalah pada hewan peka.  Hewan yang peka terhadap PMK adalah sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, babi, unta dan beberapa jenis hewan liar seperti bison, antelope, jerapah dan gajah," kata Dian menjelaskan.

PMK merupakan penyakit hewan menular yang paling penting dan paling ditakuti oleh semua negara di dunia. Penyakit itu dapat menyebar dengan sangat cepat dan mampu melampaui batas negara serta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi.sinpo

Komentar: