Kisah Keteguhan Nabi Zakaria AS Menghadapi Cobaan Hidup

Laporan: Sigit Nuryadin
Selasa, 25 Maret 2025 | 15:03 WIB
Ilustrasi (Sinpo.id/iStock)
Ilustrasi (Sinpo.id/iStock)

SinPo.id - Nabi Zakaria lahir pada tahun 91 SM di Palestina dan merupakan bagian dari kaum Bani Israil. Sebelum diangkat menjadi nabi, beliau menjalani hidupnya sebagai seorang tukang kayu yang sederhana. 

Kendati hidup dalam kesederhanaan, Nabi Zakaria tetap tegar dan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara yang halal.

Beliau merupakan keturunan Nabi Sulaiman AS dan memiliki istri bernama Ilyasya binti Faqud bin Qabil, yang berasal dari keluarga Nabi Harun AS.

Meskipun hidup dengan sederhana, beliau selalu menjaga kebersihan hati dan mengabdikan diri untuk Allah.

Salah satu peran besar yang dijalani Nabi Zakaria AS adalah menjadi pelindung bagi Maryam, ibu dari Nabi Isa.

Ketika Imran, ayah Maryam, meninggal, dia menitipkan Maryam kepada Nabi Zakaria. Sejak kecil, Maryam diasuh dengan penuh kasih sayang oleh Nabi Zakaria dan istrinya.

Nabi Zakaria juga membuatkan tempat ibadah khusus untuk Maryam, yang kini dikenal sebagai Mihrab.

Maryam diperlakukan dengan penuh perhatian, bahkan lebih dari seorang anak kandung. Ini menunjukkan kasih sayang dan kepedulian Nabi Zakaria dan istri. 

Nabi Zakaria AS diutus oleh Allah SWT untuk mengembalikan kaum Bani Israil yang telah banyak menyimpang dari jalan kebenaran.

Dengan kelembutan hati, beliau mengajak mereka untuk kembali kepada Allah SWT dan menyembah-Nya dengan sepenuh hati.

Dakwahnya dipusatkan di Baitul Maqdis, tempat yang penuh sejarah sebagai kuil Nabi Sulaiman AS.

Kendati banyak penolakan dan kesulitan yang dihadapinya, Nabi Zakaria tetap istiqomah dalam menyampaikan wahyu Allah SWT.

Kata-kata beliau selalu penuh kelembutan dan kebijaksanaan, yang membuat banyak orang mengaguminya.

Meskipun sudah lanjut usia, Nabi Zakaria AS sangat menginginkan seorang anak laki-laki yang dapat meneruskan dakwahnya.

Hal ini menjadi salah satu ujian besar bagi beliau, karena istrinya yang mandul dan usianya yang sudah tua membuat harapan itu terasa sangat sulit tercapai. 

Namun, Nabi Zakaria tidak pernah berhenti berdoa dan memohon kepada Allah SWT, dengan penuh kesabaran dan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa.

Setelah bertahun-tahun berdoa, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria dengan mengaruniakan seorang anak laki-laki, yakni Nabi Yahya AS. 

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya istiqomah dan tidak pernah putus asa dalam berdoa, meskipun waktu yang dibutuhkan sangat lama.

Nabi Zakaria AS mengalami cobaan berat ketika anaknya, Nabi Yahya AS, dibunuh oleh penguasa zalim, Raja Herodes.

Setelah mendengar berita duka tersebut, Nabi Zakaria melarikan diri ke kebun di Baitul Maqdis. 

Namun, persembunyiannya diketahui, dan beliau akhirnya dibunuh oleh orang yang menginginkannya mati.

Kematian Nabi Zakaria menjadi salah satu peristiwa yang sangat menyedihkan.

Namun, itu juga menjadi titik balik yang mengajarkan kepada kita tentang keteguhan dalam berpegang pada kebenaran, kendati menghadapi ancaman dan kematian.

Beliau tetap menegakkan keadilan hingga akhir hidupnya.

Dari kisah Nabi Zakaria, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:

Pertama, istiqomah dalam doa: Nabi Zakaria AS mengajarkan kita untuk tetap berdoa dengan penuh kesabaran dan keyakinan, meskipun doa tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dikabulkan.

Keteguhan hati dalam memohon kepada Allah adalah salah satu bentuk pengabdian terbaik.

Kedua, kesabaran dalam ujian: Kehidupan Nabi Zakaria AS penuh dengan ujian, mulai dari kesulitan dalam mendapatkan keturunan hingga cobaan berupa ancaman jiwa.

Namun, beliau selalu sabar dan tawakal kepada Allah. Ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup.

Ketiga, kelembutan dalam dakwah: Nabi Zakaria menjadi contoh teladan dalam berdakwah. Meskipun banyak penolakan, beliau tetap menyampaikan wahyu Allah dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan.

Ini menunjukkan pentingnya cara yang lembut dalam menyampaikan kebenaran, tanpa kekerasan dan pemaksaan.

Keempat, menerima takdir dengan lapang dada: kendati kehilangan anaknya, Nabi Zakaria tetap tabah dan tidak mengeluh.

Hikmah ini mengajarkan kita untuk menerima takdir Allah dengan ikhlas dan lapang dada, meskipun terkadang kita merasa kehilangan atau sedih.

Kisah Nabi Zakaria AS mengajarkan kita banyak nilai kehidupan, mulai dari keteguhan dalam berdoa, kesabaran dalam menghadapi cobaan, hingga ketulusan dalam berdakwah. 

Kisah Nabi Zakaria juga adalah salah satu contoh teladan dalam menghadapi kehidupan dengan penuh kesabaran, keteguhan iman, dan keberanian dalam menegakkan kebenaran.

Semoga kita bisa meneladani sifat-sifat mulia beliau dalam kehidupan sehari-hari.