Yenny Wahid Dan Gus Nadir Ajak Muslim Indonesia Kelola Perbedaan

Laporan: Vera
Selasa, 21 September 2021 | 12:32 WIB
Yenny Wahid/Ist
Yenny Wahid/Ist

SinPo.id - Dua tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Yenny Wahid dan Prof. H. Nadirsyah Hosen Ph.D. atau yang akrab disapa Gus Nadir mengajak umat muslim Indonesia untuk mengelola perbedaan secara bijak. 

 

Hal ini mengemuka saat keduanya berbincang melalui ‘live IG’ di akun pribadi Yenny dengan tajuk ‘Mengharamkan Musik: Ciri Radikal?’.

“Saya nggak kebayang kalau dulu jamannya para Wali Songo terus kemudian yang sedang dominan adalah yang mengharamkan musik sehingga Sunan Kalijaga tidak bisa berdakwah dengan menggunakan budaya dan seni. kita kan umat Islam yang di Jawa ini  (merupakan) salah satu dakwah yang dibawa dari Sunan Kalijaga. Jadi kita berhutang kepada beliau karena ini yang menurunkan semua ilmunya kepada ulama-ulama modern yang sekarang menuntun kita dalam beragama,” ujar Yenny. 

Beberapa hari lalu viral sebuah video sejumlah santri yang terlihat menutup kuping mereka saat mendengar musik di lokasi vaksinasi Covid-19. Sejumlah tokoh dan pesohor tanah air pun tak ketinggalan ikut menyampaikan pendapatnya di media sosial. 

Salah satu komentar yang paling disorot warganet adalah yang disampaikan Youtuber dan presenter Deddy Corbuzier karena dinilai asal nyinyir tanpa tahu konteks para santri tersebut adalah para penghafal Al Quran.

Belakangan Deddy menyampaikan permohonan maaf atas komentarnya  pada video yang diunggah Staf Khusus Presiden RI Diaz Hendropriyono pada Senin lalu 13 September 2021.

“Karena itu sikap tegas Ning Yenny waktu kasus santri tahfidz Al Quran itu kami ‘appreciate’ sekali gitu. Karena banyak yang justru tidak berani bersikap gitu ya, takut bersikap, takut dibilang ikut-ikutan radikal, udah terpengaruh kadrun gitu ya. Tapi justru pernyataan tegas dari seorang Ning Yenny saya kira luar biasa,” kata Gus Nadir. 

Pernyataan tegas Yenny yang dimaksud disampaikan Direktur Wahid Foundation itu melalui salah satu unggahan di akun instagram @yennywahid, Selasa 14 September 2021. 

Ia menjelaskan menghafal Al Quran bukan pekerjaan yang mudah. Memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa berkonsenstrasi dalam upaya menghafal Quran. 

“Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Quran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator mereka radikal”, tulisnya sembari menyertakan video yang viral itu. 

“Menyematkan label pada orang lain hanya akan membuat masyarakat terbelah. Mari kita belajar untuk lebih saling mengerti satu sama lain, dan itu bisa dimulai dengan memahami dan menerima bahwa nilai yang kita anut tidak perlu sama untuk bisa tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia”, lanjutnya. 

Di akhir perbincangan bersama Yenny, Gus Nadir yang telah puluhan tahun mengarungi ilmu di negeri Kangguru itu menyampaikan pesan untuk senantiasa mengelola perbedaan yang memang merupakan jati diri bangsa Indonesia. 

“Saya kira kata kuncinya dari ning Yenny (Yenny Wahid) tadi bagus bagus sekali. Jadi mengelola perbedaan, bukan dihentikan. Karena yang dihentikan itu adalah perpecahan bukan perbedaan.  Perbedaan ini harus disyukuri dan dikelola. Ini butuh skill tersendiri, butuh kelapangan hati dan butuh juga aturan main yang disepakati sehingga kita bisa mengelola perbedaan,” tutupnya.sinpo

Komentar: