TII: Transisi Energi Berkeadilan Adalah Sebuah Keharusan

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 20 Oktober 2023 | 03:48 WIB
Ilustrasi energi (pixabay)
Ilustrasi energi (pixabay)

SinPo.id -  “Policy Talks” (PolTalks) The Indonesian Institute (TII) kembali digelar hari ini, Kamis, 19 Oktober 2023. PolTalks kali ini membahas mengenai “Upaya Akselerasi Transisi Energi Berkeadilan di Indonesia”.

Asrul Ibrahim Nur, Ph.D Candidate University of Debrecen, Hungaria yang juga merupakan _Research Fellow_ TII dan Analis Hukum pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan transisi energi berkeadilan adalah sebuah keharusan agar tidak ada yang _no one left behind_.

“Transisi energi berkeadilan itu, dalam bahasanya SDGs-nya, _no one left behind_. Jadi jangan sampai ada sekelompok masyarakat, komunitas yang tidak menikmati atau ketinggalan dalam proses transisi energi ini. Transisi energi berkeadilan ini utamanya memperhatikan kelestarian lingkungan,” ungkap Asrul.

Senada dengan Asrul, peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute, Putu Rusta Adijaya, menyampaikan bahwa transisi energi berkeadilan memang harus menyeimbangkan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Dalam teori _doughnut economics_ dikatakan bahwa _social boundaries_ dan _planetary boundaries_ harus seimbang. Transisi energi berkeadilan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan juga menjaga iklim,” ungkapnya.

Asrul lebih jauh menjelaskan bahwa penggunaan energi terbarukan dapat menyesuaikan dengan kondisi geografis daerah.

“Misalnya, di daerah yang banyak sinar matahari dapat menggunakan pembangkit listrik tenaga surya. Dapat disesuaikan dengan kondisi geografis dan sumber daya energi terbarukan yang ada di daerah,” jelasnya.

Asrul pun menyampaikan pemerintahan saat ini sudah mengeluarkan banyak instrumen hukum yang progresif, seperti kebijakan memensiunkan PLTU dan beberapa kebijakan lainnya.

“Ada juga beberapa kebijakan lainnya, seperti Permen ESDM 16/2022 yang merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam transisi energi,” katanya.

Putu mengamini terkait kebijakan tersebut sebagai _supply-side energy management_. Ia berpendapat bahwa saat ini juga harga energi terbarukan semakin murah dibandingkan harga energi bahan bakar fosil.

“Ini terlihat dari _levelized cost_ yang semakin rendah untuk energi terbarukan. _Progress_ yang cepat dari teknologi itu membuat energi terbarukan menjadi lebih murah,” paparnya. 
sinpo

Komentar: