Harga Pupuk Semakin Mahal, Petani Menjerit

Laporan: Tri Bowo Santoso
Senin, 18 Juli 2022 | 17:07 WIB
Pupuk NPK
Pupuk NPK

SinPo.id - Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian, Mohammad Hatta, mengungkapkan, harga Urea dan NPK akan naik signifikan bila tidak disubsidi pemerintah. Akibatnya, para petani kesulitan mendapatkan kedua jenis pupuk ini dengan harga murah atau terjangkau.

"Kita menyikapi kondisi global, di mana bahan baku pupuk dan pupuk secara perhitungan mengalami kenaikan. Kalau melihat dari jenis pupuk yang kita subsidi, yang berpotensi mempengaruhi harga adalah Urea dan NPK," ujar Hatta di Bali, Senin, 18 Juli 2022.

Pemerintah melalui Menteri Pertanian menerbitkan Permentan Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.

Dalam beleid itu, pemerintah menetapkan Urea dan NPK sebagai pupuk bersubsidi.

Hatta mengatakan, dua jenis pupuk itu dipilih petani, karena diyakini sesuai dengan kondisi lahan pertanian yang sangat memerlukan unsur hara makro esensial. Di lain sisi, harga kedua jenis pupuk ini pun tercatat sangat tinggi.

"Oleh karena itu salah satu yang mendasari kita memilih jenis diantaranya karena yang paling dibutuhkan petani adalah NPK, paling mahal harganya NPK. Oleh karena itu Urea dan NPK ini kami anggap yang paling dibutuhkan petani dan bisa membantu petani untuk terkait dengan persoalan harga itu," tutur Hatta.

Berdasarkan data World Bank-Commodity Market Review per 4 Januari 2022, Pupuk Urea dan Diamonium Fosfat (DAP) mengalami kenaikan yang signifikan. Harga DAP mengalami kenaikan sebesar 76,95%, sedangkan harga pupuk urea naik hingga sebesar 235,85%.

Hatta mencatat bahan baku pupuk dan pupuk di pasar global mengalami kenaikan akibat kebijakan perdagangan di sejumlah negara yang menjadi produsen utama pupuk. Misalnya, pembatasan ekspor bahan baku yang dilakukan Rusia dan China.

Kedua negara itu memiliki peran besar. Sebagaimana diketahui, China mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor pupuk hingga Juni 2022. Hal ini dilakukan negara Tirai Bambu ini untuk mengamankan ketersediaan pupuk domestik mereka.

Rusia dan China merupakan dua negara pengekspor jenis bahan baku pupuk NPK, yakni Fosfor dan Kalium terbesar.

"Inilah yang membuat pupuk jenis ini mengalami kelangkaan akibat kebijakan penghentian ekspor dua jenis pupuk tersebut," imbuh Hatta.

Jenis pupuk ini memang tidak diproduksi di Indonesia.

Meski Indonesia bisa menghasilkan Nitrogen terbaik dan Urea yang cukup besar di dunia.

Namun, tanpa Fosfor dan Kalium dari Rusia dan China, sulit bagi Indonesia untuk membuat NPK sendiri.
 

 sinpo

Komentar: