PMI Komitmen Junjung Tinggi Prinsip Kemanusiaan dalam Bertugas
SinPo.id - Palang Merah Indonesia (PMI) berkomitmen akan terus memberi layanan kemanusiaan yang profesional, inklusif, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut, PMI menggelar kegiatan lokalatih peningkatan kualitas layanan bermartabat, yang dihadiri 20 peserta, terdiri dari relawan dan staf PMI tingkat pusat, daerah maupun cabang.
Kepala Markas Pusat PMI, Arifin M. Hadi menjelaskan, lokalatih ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para petugas PMI dalam memberikan layanan, menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan dan martabat setiap individu yang dilayani.
"PMI memiliki peran besar sebagai garda terdepan dalam respons kemanusiaan di Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, khususnya dalam memberikan layanan yang menghormati hak dan martabat penerima manfaat, menjadi prioritas kami," kata Arifin dalam keterangannya, Rabu, 18 Desember 2024.
Arifin berharap, melalui kegiatan ini, seluruh komponen organisasi mampu menyempurnakan layanan sehingga lebih profesional, responsif, dan sesuai dengan prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
"Dengan lokalatih ini, kami ingin memastikan PMI hadir dengan layanan yang tidak hanya cepat dan tepat, tetapi juga melindungi martabat penerima manfaat. Hal ini penting dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap PMI sebagai mitra utama di bidang kemanusiaan," imbuhnya.
Acara ini merupakan bagian dari program SIAP SIAGA yang didukung oleh Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dan Pemerintah Australia. Hal ini untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia demi kesiapsiagaan yang optimal dalam menghadapi situasi darurat maupun pelayanan kesejahteraan sosial lainnya.
Adapun materi dalam lokalatih ini seputar standar lualitas pelayanan kemanusiaan, komunikasi empatik dan pendekatan inklusif, perlindungan hak dan martabat penerima manfaat, dan manajemen etika dalam respons kemanusiaan.
Fasilitator dalam kegiatan ini melibatkan Ulf Edqvist dan Anastasia Kaldi dari Australian Red Cross serta Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI). Diskusi kelompok dan studi kasus nyata turut diterapkan untuk memperkaya pemahaman peserta.