Ingatkan Ancaman Krisis, DPR Minta Pemerintah Pikirkan Substitusi Bahan Pangan Impor

Laporan: Farez
Senin, 25 Juli 2022 | 10:52 WIB
Ilustrasi gedung DPR (Ist)
Ilustrasi gedung DPR (Ist)

SinPo.id -  Sejumlah kalangan menilai ancaman krisis pangan yang dialami dunia saat ini merupakan kondisi terburuk. Bahkan, kondisinya lebih buruk dibandingkan krisis pangan yang pernah terjadi. 

Terkait hal tersebut, anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo mengatakan, bahwa suka tidak suka semua pihak harus menghadapi itu. 

"Karena ini konsekuensi daripada krisis ekonomi global akibat anomali cuaca dan dampak dari perang Rusia dan Ukraina. Dan dampak, adanya pandemi covid-19 yang sampai sekarang belum usai juga semakin memperparah kondisi perekonomian global," kata Firman dalam keterangannya, Senin, 25 Juli 2022.

Politikus Partai Golkar ini menuturkan, dirinya sejak tahun 2009 sudah terus menerus menyuarakan pentingnya swasembada pangan untuk menuju kedaulatan pangan nasional. Bahkan, ketika itu ia juga mendorong agar segera badan pangan nasional segera dibentuk untuk mempersiapkan dan kemungkinan terjadinya krisis pangan tersebut. 

Hal tersebut lantaran sudah selalu diingatkan oleh lembaga-lembaga internasional seperti PBB, FAO telah merilis diperkirakan, populasi penduduk dunia akan terjadi  kenaikan cukup tajam di tahun 2050 diperkirakan akan mencapai angka 9,7 milliar penduduk dunia. Sedangkan, Indonesia di tahun 2030 rilis Bappenas diperkirakan penduduk Indonesia akan naik menjadi 300 juta penduduk.

"Artinya akan ada kenaikan dua kebutuhan besar yaitu energi dan pangan akan mengalami kenaikan signifikan, oleh karena itu kalau kita tidak bersandar kepada pangan pokok prudiksi nasional dan kita tidak melakukan deversifikasi pangan sesuai imbauan Presiden. Disamping itu kita harus juga melakukan subtitusi pangan," ujarnya.

Anggota Baleg ini melanjutkan, subtitusi pangan itu dilakukan untuk mengatasi ketergantungan bahan kebutuan pangan import. Contoh saja mie dalam negeri saja masih bergantung kepada bahan baku gandum impor dari ukraina diperkirakan 1,3 juta ton per tahun belum impor dari India. 

Atas dasar itu, Firman mengingatkan semua pihak harus melakukan subtitusi pangan dengan menggunakan tepung singkong atau mokaf sebagai pengganti ketergantungan gandum impor.

"Kalau tidak dilakukan maka kita akan terjebak dalam ketergantungan bahan baku impor, itu beresiko tinggi dengan harga semakin tidak bisa terkendali. Disamping pemerintah juga harus mulai melakukan evaluasi terhadap terhadap produksi pertanian,” pungkasnya. 

 sinpo

Komentar: