Waspadai Kanker Tiroid dan Penanganan Medis

Laporan: Sinpo
Senin, 31 Juli 2023 | 17:47 WIB
Ilustrasi sel kanker (SinPo.id/pixabay.com)
Ilustrasi sel kanker (SinPo.id/pixabay.com)

SinPo.id -  Tren kejadian kanker tiroid disebut semakin meningkat dengan mengacu data dari lembaga kesehatan dunia (WHO) yang menyebutkan  tahun 2020 terdapat 586.202 kasus baru. Kejadiannya tiga kali lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki.

“Penyebab kanker tiroid seperti pada kanker lain tidak diketahui, yang jelas terjadi perubahan DNA pada sel tiroid,” ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUI, Livy Bonita Pratisthita, Sp.PDdalam pernyataaan  diterima SinPo.id, Senin 31 Juli 2023.

Livy menyebut mutasi  atau perubahan DNA pada sel tiroid membuat sel-sel tersebut tumbuh dan berlipat ganda dengan cepat, hingga akhirnya membentuk massa atau benjolan yang disebut dengan tumor.

“Tumor ini bisa bersifat jinak atau ganas. Jika sifatnya ganas, tumor ini dapat menyebar (metastatis) ke kelenjar getah bening atau organ lain,” ujar Livy menambahkan.

Menurut dia, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu munculnya mutasi tersebut, di antaranya terpapar radiasi atau nuklir, faktor genetik atau ada riwayat anggota keluarga dengan kanker tiroid, jenis kelamin perempuan, kurangnya asupan yodium, adanya penyakit tiroid sebelumnya, dan kondisi obesitas yang memicu peradangan.

Sedangkan beberapa tanda dan gejala kanker tiroid di antaranya, adanya benjolan di leher dengan peningkatan ukuran, perubahan suara menjadi serak, sulit menelan  dan bernapas, batuk terus-menerus tanpa gejala flu, serta adanya nyeri di leher atau tenggorokan.

Livy mengatakan kanker tiroid bisa diobati dengan catatan semakin awal menemukan kasus, angka kesembuhan semakin tinggi. Beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya pembedahan, ablasi/yodium radioaktif yang menggunakan terapi kedokteran nuklir, radiasi eksterna biasanya metode ini digunakan setelah pembedahan, serta obat-obatan.

“Pilihan pengobatan itu tidak semuanya dilakukan, ada pertimbangan khusus kepada pasien bergantung pada kondisi pasien, tipe kanker, stadium, dan efek sampingnya,” ujar Livy menjelaskan.

Terkait pencegahan, dokter Livy mengatakan karena penyebabnya belum jelas maka pencegahannya agak sulit. Oleh karena itu, yang bisa dilakukan menurunkan faktor risiko terhadap hal-hal yang bisa kita modifikasi.

Pencegahannya di antaranya dengan menghindari paparan radiasi, mencukupi asupan yodium, serta menjaga berat badan normal agar terhindar dari obesitas. Selain itu, pada orang yang memiliki risiko tinggi, misalnya pada orang yang bekerja di tempat yang terpapar radiasi atau memiliki riwayat keluarga menderita kanker tiroid, maka sebaiknya lakukan screening atau deteksi dini. Diagnosis awal penting untuk kesembuhan nantinya.

Dokter Bedah di RSUI dr. Yasser Jayawinata, Sp.B, FICS mengatakan, sebelum melakukan tindakan pembedahan, perlu ditegakkan terlebih dahulu diagnosisnya. “Tidak semua benjolan di leher itu tiroid, dan tidak semua benjolan tiroid itu kanker,” ujar Yasser.

Ia menyebut dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu pada pasien. Pada kanker tiroid, biasanya benjolan tumbuh cepat, suara pasien menjadi serak dan mengalami gangguan napas. “Setelah pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan USG dan biopsi FNAB. Jika ditemukan keganasan, maka selanjutnya akan dioperasi,” ujar Yasser menjelaskan.

Operasi biasanya akan dilakukan dengan menyayat di bagian lipatan leher sekitar 10 centimeter diawali pembiusan pasien. Yasser mengingatkan pasien tidak perlu takut dan khawatir terhadap scar-nya karena akan terlihat samar.

“Durasi operasi berlangsung sekitar 2-4 jam bergantung dari besarnya benjolan dan tingkat kesulitan pengangkatannya,” ujar Yasser menjelaskan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI