Wabah Penyakit Meningkat di Gaza, OCHA: Kekurangan Air Bersih dan Bahan Bakar Sebabkan Krisis Kesehatan

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 27 Juni 2025 | 23:13 WIB
PBB
PBB

SinPo.id -  Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyampaikan peringatan serius terkait lonjakan kasus penyakit yang dapat dicegah di Jalur Gaza akibat kekurangan air bersih, sanitasi, dan bahan bakar.

Dalam pernyataan pada Kamis 26 Juni 2025, OCHA melaporkan lebih dari 19.000 kasus diare akut, lebih dari 200 kasus penyakit kuning akut, dan diare berdarah dalam dua pekan terakhir. Situasi ini mencerminkan keruntuhan sistem kesehatan publik yang semakin mendalam di wilayah konflik tersebut.

“Wabah ini secara langsung terkait dengan kekurangan air bersih dan sanitasi di Gaza,” kata para pekerja kemanusiaan. “Kebutuhan akan bahan bakar, pasokan medis, air, serta barang kebersihan sangat mendesak untuk mencegah kolaps total.”

Selain krisis kesehatan, OCHA juga mengonfirmasi insiden korban massal di Rumah Sakit Al Aqsa akibat serangan udara Israel di Deir al-Balah. Rumah sakit menerima lebih dari 20 jenazah dan 70 orang luka-luka, sementara pasien lainnya terpaksa dirujuk ke Kompleks Medis Nasser dan dua fasilitas kesehatan lainnya.

“Warga sipil terus berguguran setiap hari, baik karena serangan udara, penembakan artileri, atau saat berusaha mencari makanan untuk keluarganya,” ujar OCHA. “Peristiwa tragis ini tidak boleh dinormalisasi dan harus segera dihentikan.”

Di tengah keterbatasan akses, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berhasil mengirim 9 truk bantuan medispertama ke Gaza sejak Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret lalu. Bantuan tersebut terdiri dari pasokan medis esensial, 2.000 unit darah, dan 1.500 unit plasma, yang dikirim melalui perlintasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem.

Darah dan plasma tersebut kini tersimpan di fasilitas penyimpanan dingin Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, untuk didistribusikan ke rumah sakit prioritas yang mengalami kekurangan parah.

Namun WHO menyebut pengiriman ini sebagai “setetes air di lautan” mengingat skala krisis yang luar biasa.

OCHA juga menyoroti hambatan besar terhadap upaya bantuan. Pada Rabu (25/6), enam dari 17 upaya koordinasi pergerakan kemanusiaan ditolak oleh otoritas Israel. Upaya tersebut mencakup pengiriman air dan perbaikan jalan. Sembilan misi lainnya difasilitasi, sementara dua dibatalkan.

“Pembatasan akses kemanusiaan secara terus-menerus sangat mengganggu operasi penyelamatan nyawa,” tegas OCHA.

OCHA juga menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi kekerasan oleh pemukim Israel di Tepi Barat. Serangan pada Rabu 26 Juni 2025 di Desa Kafr Malik, Ramallah, mengakibatkan tiga warga Palestina tewas dan sejumlah lainnya luka-luka. Pemukim yang sebagian bersenjata, didampingi pasukan Israel, membakar rumah-rumah warga.

Dalam insiden terpisah, sekitar 20 pemukim membakar lahan pertanian di Desa Asira al Qibliya, Kegubernuran Nablus.

“Warga sipil terus menanggung beban utama dari pendudukan yang berkepanjangan,” tegas OCHA.

PBB kembali menyerukan perlindungan bagi warga sipil, akses kemanusiaan yang tidak terhalang, dan kepatuhan penuh terhadap hukum internasional.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI