Komisi I DPR Bakal Panggil Menlu Bahas Serangan AS di Tengah Perang Israel-Iran

Laporan: Juven Martua Sitompul
Senin, 23 Juni 2025 | 16:11 WIB
Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto (SinPo.id)
Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto (SinPo.id)

SinPo.id - Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto mengatakan pihaknya akan mengundang Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono untuk membahas eskalasi perang di Timur Tengah.

Demikian disampaikan Utut usai menghadiri uji formal Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) di Mahkamah Konstitusi (MK).

Utut mengatakan pemanggilan itu menyusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran di tengah perang antara Iran dan Israel.

"Pak Menlu mau kami undang segera ke DPR RI. Kalau orang kayak saya ngomong 'kan orang pribadi, tetapi kalau Menlu 'kan state(mewakili negara) dia, dia juga Pak Prabowo ngambil garis di mana," kata Utut di MK, Jakarta, Senin, 23 Juni 2025.

Utut mengatakan pihaknya hendak mendalami arah yang diambil pemerintah RI dalam merespons situasi perang yang berkecamuk di Timur Tengah tersebut.

"Ini 'kan titik yang rawan. Kita memihak ke mana pun serbasalah, yang paling penting kita utamakan 'kan kepentingan nasional kita," ujarnya.

Berangkat dari konflik di Timur Tengah itu, Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) ini pun mempertanyakan perihal konfigurasi sistem pertahanan Indonesia sebab menurutnya perang saat ini telah menggunakan alat utama sistem senjata (alutsista) yang amat canggih.

Dia lantas mencontohkan AS yang menggunakan pesawat pengebom (bomber) siluman B-2 dengan karakteristik sulit terdeteksi oleh radar musuh untuk menyerang tiga fasilitas nuklir Iran pada hari Sabtu, 21 Juni 2025.

"Mohon maaf, nanti Panglima, Menhan, para kepala staf, masih perlukah konfigurasi personel seperti itu? Sekarang 'kan (TNI) Angkatan Darat 370.000 orang, Angkatan Udara 40.000 orang, dan Angkatan Laut 70.000 orang," ucapnya.

Untuk itu, dia memandang perlu sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni untuk dapat mengimbangi kemajuan alutsista tersebut.

"Jadi, dia punya material. Jadi kita harus perbanyak ahli metalurgi, ahli ilmu IT, ahli radar," katanya.

Utut berharap semua pihak menahan diri agar eskalasi konflik di Timur Tengah tidak makin memanas dan melebar menjadi yang perang lebih luas.

"Kita menahan dirilah. Kita juga berkomentar yang tidak memancing suasana tambah panas sebab kalau udah panas ini bahaya sekali," katanya.

Sebelum situasi kian memanas, dia mengingatkan pentingnya pemerintah RI segera mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di wilayah konflik antara Iran dengan Israel.

"'Kan saya bilang sigap. Jauh sebelum hari saya bilang evacuate warga negara. Pasti ada di Iran, pasti ada di Israel. Sahabat, saudara-saudara kita yang Kristen 'kan, melakukan pilgrim dia, kayak kita (umat Islam) umrah. Selalu ada. Nah, kalau sebelum makin gawat itu mudah dievakuasi," ucapnya.

Terakhir, dia berharap perang yang berkecamuk di Timur Tengah yang melihat Iran, Israel, hingga AS, dapat segera berakhir.

"Kalau kita (RI) memang bisa, kita kirim utusan ke Iran, bisa untuk mendamaikan, membuat hati dingin itu penting," kata dia.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan di Truth Social bahwa pasukan AS telah menuntaskan serangan terhadap tiga situs nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan, pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Serangan AS tersebut menyusul serangan Israel yang dilancarkan sejak 13 Juni lalu ke berbagai target di Iran, termasuk situs-situs nuklir dan militer, yang menewaskan beberapa komandan senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI