Wujudkan Swasembada Pangan, Alex Indra: Negara Harus Membarui Cara Mengelola Sektor Pertanian

Laporan: Juven Martua Sitompul
Kamis, 29 Mei 2025 | 14:18 WIB
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Alex Indra Lukman. Istimewa
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Alex Indra Lukman. Istimewa

SinPo.id - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Alex Indra Lukman menilai top manajer Badan Urusan Logistik (Bulog) mesti memiliki intuisi dan kecakapan bisnis yang mampu membaca dinamika pasar di tempatnya bertugas.

Ini disampaikan Alex merespons wacana pembangunan 25 ribu gudang improvisasi berbahan tahan lama oleh pemerintah. Pembangunan gudang dengan daya tahan 5-10 tahun yang diwacanakan Presiden Prabowo Subianto sebagaimana diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dimaksudkan sebagai solusi jangka pendek untuk menampung hasil panen yang terus meningkat.

"Cara pandang kita dalam mengelola potensi sektor pertanian, harus segera diperbaharui. Sehingga, Asta Cita Presiden Prabowo di sektor ketahanan pangan, memang akan memberikan kemaslahatan bagi 29,34 juta petani (Data Sensus Pertanian 2023) yang ada di negara ini," kata tegas Alex dalam pernyataan tertulis, Jakarta, Kamis, 29 Mei 2025.

Diketahui, stok cadangan beras pemerintah melimpah bahkan mencatatkan rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Stok cadangan itu bahkan menembus angka 3,502.895 ton untuk penyerapan periode Januari-Mei 2025.

Alex yang juga Ketua Panitia Kerja Penyerapan Gabah dan Jagung Komisi IV DPRI RI menyatakan merujuk Keputusan Presiden Nomorn29 Tahun 2000, Bulog melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, dan pengendalian harga beras serta usaha jasa logistik.

"Hari ini, sebagian tugas itu telah dilaksanakan dengan baik oleh Bulog. Gabah petani telah diserap dengan harga wajar. Stok beras juga telah mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah," kata Alex. 

Di tengah kegembiraan petani ini, Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) itu mengungkapkan Badan Pangan malah menebar kabar petakut pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi 2025 di Kementerian Dalam Negeri, Senin, 26 Mei 2025.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pangan, Pudji Ismartini, menilai harga beras tidak bisa dibiarkan terus bergerak naik. Harga beras mesti segera diiintervensi alias dijinakan.

Di sisi lain, Panel Harga Badan Pangan mencatat harga rata-rata beras nasional di tingkat eceran sudah mencapai Rp13.805 per kg. Harga ini lebih tinggi 10,44 persen di atas HET. Data tersebut diakses pukul 13.05 WIB pada Rabu, 28 Mei 2025.

Sementara harga beras premium lebih mahal 4,87 persen dari HET, tercatat berada di Rp15.626 per kg. Sedangkan harga beras SPHP, sudah 1,01 persen di atas HET, dilaporkan ada di Rp12.626 per kg.

"Di titik ini lah, intiusi bisnis top manejer Bulog diperlukan. Sehingga, ketika terjadi gejolak harga beras, pilihan untuk menjinakannya bukan lah sebuah opsi," tegas dia.

Wakil Rakyat dari Dapil Sumatra Barat (Sumbar) I ini mengingatkan beras merupakan komoditi yang mudah rusak. Durasi waktu penyimpanan, akan sangat memengaruhi kualitas.

"Bulog harus segera merumuskan aliran keluar dan masuk beras dengan lebih terencana. Dengan begitu, harga di tingkat petani selalu terjaga, kebutuhan pangan nasional juga bisa terpenuhi," tegasnya.

Selain itu, Alex menilai membangun gudang baru untuk menjawab kebutuhan Bulog, bukan lah pilihan bijak. Sebab, keberadaan sebuah gudang baru akan disertai berbagai komponen biaya yang bersifat tetap. Artinya, ini akan bertentangan dengan semangat efesiensi yang diwacanakan pemerintah.

Pemasok Beras Dunia

Alex meminta jajaran Kementrian Pertanian (Kementan) untuk segera merumuskan peta jalan Indonesia jadi lumbung beras dunia. Dengan lahan pertanian yang sangat luas serta faktor musim yang tak dimiliki negara lain, target itu bukan lah sebuah hal yang muskil diwujudkan.

Terlebih, berbagai inovasi di bidang pertanian telah dilahirkan petani Indonesia, salah satunya dari Sumatra Barat. Yakni pola bertanam dengan metode 'Sawah Pokok Murah'. Metode bertanam padi dengan menekan biaya produksi hingga ke angka sangat minimalis.

"Peta jalan jadi lumbung beras dunia ini, mesti didukung riset berkelanjutan terhadap berbagai inovasi yang telah sukses dilakukan petani," tegas Alex. 

"Kita semua harus terus berkolaborasi, baik pemerintah, dunia usaha dan perguruan tinggi. Kami di DPR tentu akan mendukungnya secara penuh," kata Alex.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI