Kadin Lobi AS Agar Produk Garmen Indonesia Bebas Tarif

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 04 Mei 2025 | 13:40 WIB
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie. (SinPo.id/dok. Kadin)
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie. (SinPo.id/dok. Kadin)

SinPo.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie, mendorong terbentuknya skema kemitraan dagang baru antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS). Harapannya, agar produk garmen Indonesia mendapatkan tarif serendah mungkin, bahkan mendekati nol persen.

Hal itu disampaikan Anin usai bertemu  Vice President of National Cotton Council (NCC) Amerika Serikat (AS), Robbie Minnich, di Washington, D.C.

"Kita memikirkan suatu kesepakatan (NCC), di mana kalau kita pakai semacam kapas dari Amerika ketika sudah diolah, dikirim kembali ke Amerika berupa garmen, kita bisa mendapatkan tarif yang serendah mungkin. Syukur-syukur 0 persen," kata  Anin dalam keterangannya, Minggu, 4 Mei 2025. 

Menurut Anin, pihaknya telah meminta NCC agar mempertimbangkan konsep ini dan membantu melobi pemerintah AS, dalam hal ini U.S. Trade Representative (USTR). Dengan konsep ini, ia optimis akan membuat industri garmen di dalam negeri, lebih kompetitif ke depannya.

Di sisi lain, Anin menyadari jika skema ini tidak mudah dilakukan. Karena kapas AS bersaing dengan pasokan dari negara lain, seperti China dan Brasil.

"Saya rasa meeting-nya sangat baik. Ini pertemuan yang berdampingan dengan pemerintah dan berfokus kepada kebijakan tarif, yang kami yakin pasti ada solusinya," kata Anin.

Adapun saat ini, ekspor Indonesia mencapai sekitar US$2 miliar per bulan. Dengan keseimbangan perdagangan yang lebih baik, peluang ekspor produk seperti garmen, alas kaki, dan elektronik, akan semakin besar.

Dia berharap, konsep yang ditawarkan tersebut dapat membawa manfaat luas, terutama bagi industri garmen. 

"Ini tentu akan membawa banyak sekali manfaat bagi seluruh perusahaan, pengusaha, dan juga pekerja di bidang tekstil dan garmen Indonesia yang jumlahnya sangat-sangat banyak, jutaan orang," tukasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI