Kadin Optimistis RI-AS Segera Capai Kesepakatan Dagang Baru

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 02 Mei 2025 | 17:23 WIB
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie. (SinPo.id/dok. Kadin)
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie. (SinPo.id/dok. Kadin)

SinPo.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengaku optimistis, Indonesia akan mencapai kesepakatan dagang baru dengan Amerika Serikat (AS). Karena, kedua negara memiliki potensi besar untuk memperluas kerja sama, khususnya sektor perdagangan dan investasi lintas negara.

"Kami mencatat surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sekitar US$18 miliar. Sementara itu, Indonesia mengimpor produk turunan migas dari berbagai negara lain dengan nilai mencapai US$40 miliar. Pemerintah kini tengah mempertimbangkan untuk merealokasikan angka tersebut," kata Anindya dalam keterangannya, Jumat, 2 Mei 2025. 

Anindya menyampaikan, beberapa potensi impor energi Indonesia secara kebetulan berasal dari negara bagian, seperti Texas dan wilayah sekitarnya.

Dia menilai, Texas adalah negara bagian yang menarik untuk memulai kerja sama. Disisi lain, ia menekankan bahwa dalam hubungan dagang, isu utamanya bukan soal neraca yang seimbang, melainkan bagaimana memperbesar volume perdagangan antara kedua negara.

Anindya menyebut, AS memiliki keinginan untuk meningkatkan ekspor produk seperti kedelai, kapas, dan gandum ke Indonesia. Di sisi lain, Indonesia juga ingin memperluas ekspor barang-barang seperti elektronik, alas kaki, dan garmen ke pasar AS. Karena, potensi Indonesia tak terbatas pada sektor itu saja. 

"Kami juga memiliki banyak critical mineral yang dapat menjadi landasan kerja sama strategis dengan AS, sehingga ketergantungan pada satu negara dapat dikurangi," kata dia. 

Mengenai prospek kesepakatan dagang itu sendiri, Anindya sangat yakin akan terwujud dalam waktu dekat.

"Tentu, merumuskan kesepakatan adalah tugas pemerintah. Tapi kami sangat percaya diri. Saya dari sektor swasta, mewakili Kadin Indonesia. Usai dari sini (New York), saya akan bertolak ke Washington D.C. untuk bertemu Kamar Dagang AS dan membahas peluang kerja sama lebih lanjut. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada peningkatan investasi lintas negara," katanya.

Lebih lanjut mengenai kebijakan energi pemerintahan Donald Trump yang semakin mengandalkan bahan bakar fosil dan meninggalkan Green New Deal, Anindya menjelaskan, Indonesia memiliki pendekatan yang berbeda.

"Indonesia juga dikaruniai sumber daya migas dan bahan bakar fosil. Namun di bawah tanah, kami juga memiliki semua jenis critical minerals, (yaitu) nikel, bauksit, timah, tembaga, dan rare earth (unsur tanah jarang)," kata Anin.

Dia melihat hal itu sebagai peluang besar untuk transisi energi. "Di atas tanah, kami punya potensi besar di energi terbarukan, mulai dari surya, angin, hingga hidro. Yang menarik, negara bagian seperti Texas kini juga berkembang pesat di sektor energi terbarukan," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI