Bahas Geopolitik dan Geokonomi di Kuliah Umum Universiti Malaya, Ibas: Kita Tidak Perlu Memilih!

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 02 Mei 2025 | 11:01 WIB
Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). (SinPo.id/Dok. MPR RI)
Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). (SinPo.id/Dok. MPR RI)

SinPo.id - Wakil Ketua MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menekankan bahwa meskipun negara-negara Asia Tenggara berada di bawah tekanan untuk berpihak dalam dinamika global, ASEAN memilih non blok, dengan menjunjung nilai-nilai dasar seperti netralitas, persatuan, dan saling menghormati.

Ia menyoroti bahwa kekuatan ASEAN terletak pada kemampuannya untuk bersatu dan bertindak sebagai jembatan antar kekuatan global demi menjaga stabilitas dan kemakmuran bersama. 

Hal tersebut disampaikan Ibas ketika menjadi Guest Lecture di Universiti Malaya, dengan Topik “Navigating a Changing World: ASEAN’s Path to Stability and Prosperity”, di Auditorium Faculty of Business & Economics pada Rabu, 3 April 2025. 

“Saya senang berada di sini bersama begitu banyak mahasiswa cerdas dari Malaysia, seluruh ASEAN dan bahkan dunia. Saya menganggap pemaparan ini sebagai perjalanan yang kita lalui bersama,” ungkap Ibas mengawali dengan penuh semangat sebagaimana dikutip dari keterangan persnya pada Jumat, 2 April 2025.

Ibas kemudian menyoroti bagaimana keadaan geopolitik dunia saat ini.

“Kita hidup di masa perubahan besar di seluruh dunia. Setiap hari kita melihat peristiwa besar yang memengaruhi semua orang, bahkan kita di Asia Tenggara. Contoh yang jelas adalah perang Rusia-Ukraina. Meskipun konflik itu jauh dari Malaysia dan Indonesia, namum memengaruhi kita. Konflik itu telah membuat harga minyak dan pangan semakin tinggi.”

Ketegangan Amerika Serikat dan Tiongkok juga Ibas sorot sebagai elemen dunia multipolar yang memaksa banyak negara berkembang berada dalam tekanan untuk memilih pihak. 

Namun pada kesempatan ini, ia menyatakan bahwa ASEAN dengan prinsip netralitas dan persatuan, menjadi nilai dasar, secara konsisten menolak tekanan untuk berpihak dalam konflik adikuasa.

“Sekarang dengan beberapa negara adikuasa, bukan hanya satu atau dua. Karena persaingan ini, negara seperti Malaysia, Indonesia terkadang merasa tertekan untuk memilih satu pihak. Namun jawaban ASEAN pada dasarnya adalah tidak. Tidak, terima kasih. Kami tidak ingin memihak di antara negara-negara besar. Keamanan kami berasal dari persatuan dan netralitas. Kami mengingat nilai-nilai dasar ASEAN, yaitu netralitas, persatuan, dan saling menghormati,” ucap dia. 

“Kami ingin berteman dengan semua orang dan tidak bermusuhan dengan siapa pun. Di Indonesia, kami sering mengatakan sejuta teman dan nol musuh, ‘A Million Friends and Zero Enemies’. Artinya, kami lebih memilih dialog dan kerjasama daripada konflik,” lanjutnya.

Waketum DPP Partai Demokrat itu menekankan bahwa ASEAN berkomitmen untuk tetap netral dan menjalin hubungan baik dengan semua negara.

“ASEAN paling kuat jika berdiri bersama. Persatuan adalah jalan kita menuju keamanan, kemajuan dan kesejahteraan. Kami ingin ASEAN menjadi platform untuk kerjasama, bukan arena persaingan negara-negara besar.” 

“Keberagaman ASEAN memungkinkannya bertindak sebagai jembatan antara kekuatan global yang mendorong dialog dan kerjasama. Ketika negara-negara ASEAN berbicara dengan satu suara, kita bisa menjadi pemain di meja, bukan hanya pion dalam permainan orang lain,” sambungnya.

Disampaikan Ibas, bahkan ketika negara-negara adikuasa dunia bersaing, tujuan ASEAN adalah untuk tetap stabil, tetap damai, dan menjaga keamanan kesejahteraan kawasan kita. 

“Komitmen ASEAN terhadap multilateralisme dan penyelesaian konflik secara damai telah berkontribusi pada stabilitas di Asia Tenggara. Dengan tetap netral dan bersatu, kami memastikan bahwa geopolitik global tidak mengganggu stabilitas Asia Tenggara,” tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI