Tarif Impor Naik, Ekonom Harap Indonesia-AS Capai Kesepakatan yang Saling Menguntungkan

Laporan: Tio Pirnando
Selasa, 08 April 2025 | 13:07 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (SinPo.id/AFP)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (SinPo.id/AFP)

SinPo.id - Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto menilai, para pelaku pasar modal tengah menanti kejelasan hasil negosiasi pemerintah Indonesia terkait kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hasil negosiasi tersebut akan menjadi penentu arah pasar di tengah tekanan global akibat perang dagang yang memanas.

"Pasar saat ini menunggu kejelasan hasil dari negosiasi Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah AS. Harapannya tentu tercapai kesepakatan yang tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga menguntungkan kedua negara," kata Rully di Jakarta, Selasa, 8 April 2025. 

Adapun pemerintah akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ke Washington DC untuk melakukan negosiasi terkait dikenainya tarif sebesar 32 persen untuk berbagai produk ekspor Indonesia ke AS. 

Menurut Rully, jika negosiasi Indonesia-AS berhasil mencapai titik temu, maka tekanan IHSG dapat mereda dalam jangka pendek.

"Pasar berharap akan adanya kesepakatan dagang yang bisa menguntungkan kedua belah pihak, dan menghindari dampak negatif dari perang dagang," kata Rully.

Diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 596,33 poin atau 9,16 persen ke posisi 5.914,28 pada pembukaan perdagangan Selasa. Pelemahan IHSG ini diikuti dengan merosotnya bursa global akibat kebijakan tarif impor tinggi dari Pemerintah AS.

Rully berpandangan, kepanikan di pasar domestik kian meningkat, karena Indonesia tergolong sebagai negara yang cukup bergantung pada perdagangan internasional dan arus investasi asing.

Situasi ini membuat pasar saham dalam negeri rentan terhadap gejolak eksternal, terlebih setelah libur panjang Lebaran yang sempat membuat aktivitas perdagangan terhenti.

"Ketika perdagangan dilanjutkan setelah libur panjang Lebaran, pasar saham Indonesia diperkirakan akan menghadapi risiko penurunan yang signifikan akibat tekanan eksternal," ujarnya.

Adapun dari sisi global, sentimen negatif juga datang dari Wall Street yang juga terkoreksi signifikan.

Pada perdagangan Senin, 7 April 2025, indeks S&P 500 dan Dow Jones sama-sama melemah di tengah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dan inflasi yang dipicu oleh sikap keras Presiden Trump terhadap mitra dagang utama, terutama China.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI