Produksi Telur Surplus, Kementan Siap Fasilitasi Ekspor ke Negara Sahabat

SinPo.id - Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, produksi telur nasional saat ini mengalami surplus sekitar 288,7 ribu ton atau setara 5 miliar butir per bulan. Dengan kelebihan produksi ini, Indonesia berpotensi besar memasok telur ayam konsumsi ke negara-negara yang sedang mengalami gangguan produksi akibat wabah HPAI, termasuk Amerika Serikat (AS) yang diberitakan defisit tinggi hingga memicu lonjakan harga telur mencapai US$ 4,11 setara Rp 68 ribu.
"Kami terus mendorong peningkatan ekspor dengan memastikan standar kualitas, keamanan pangan, dan persyaratan negara tujuan terpenuhi," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda dalam keterangannya, Jumat, 28 Maret 2025.
Agung menjelaskan, untuk tahap awal, kemungkinan akan dilakukan ekspor ke AS sebanyak 1,6 juta butir per bulan. Saat ini, proses penjajakan dan pemenuhan protokol ekspor tengah berlangsung. Indonesia sendiri telah lebih dulu mengekspor telur konsumsi ke Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA).
Namun, Agung menekankan telur yang diekspor harus memenuhi ketentuan ketat dari otoritas keamanan pangan AS.
"Telur yang akan diekspor harus berkualitas tinggi, bebas Salmonella, serta tidak mengandung residu antibiotik agar sesuai dengan standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat," tegasnya.
Ia juga memastikan ekspor ini tidak akan mengganggu kebutuhan dalam negeri. Sebab, pemerintah tetap memprioritaskan kebutuhan domestik.
"Ekspor dilakukan tanpa mengganggu pasokan dan stabilitas harga di pasar dalam negeri," kata Agung.
Menurut Agung, Kementan telah menghitung potensi produksi telur nasional tahun 2025 mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhannya 6,2 juta ton dan potensi surplus 288,7 ribu ton. Dan potensi ini masih bisa ditingkatkan.
Sebagai bentuk dukungan, Kementan akan terus memfasilitasi pelaku usaha dalam memenuhi standar ekspor, mulai dari kualitas, keamanan, hingga ketelusuran produk.
"Kami siap bekerja sama dengan berbagai pihak agar ekspor telur ini berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi peternak, pelaku usaha, serta perekonomian nasional," pungkas Agung.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU), Ahmad Dawami, mendukung penuh rencana ekspor ke AS sebanyak 1,6 juta butir per bulan. Bahkan, kapasitas produksi nasional memungkinkan untuk memenuhi hingga 160 juta butir telur per bulan tanpa mengganggu kebutuhan dalam negeri.
"Indonesia sangat bisa ekspor 1,6 juta butir per bulan. kalau bisa 16 juta atau 160 juta butir malah bagus, ya," kata Dawami
Sama seperti Agung, Dawami menuturkan, untuk melakukan ekspor telur ke negara yang dilanda eggflation seperti AS tidaklah mudah. Sebab, diperlukan sejumlah syarat agar telur ayam dalam negeri bisa lolos ke mancanegara.
"Memang kalau lihat peluang, pasti peluang untuk ekspor dan sebagainya. Tapi kan ekspor juga tidak segampang itu. Karena ekspor itu kan perlu beberapa persyaratan," tuturnya.