Pemerintah Manfaatkan Momentum Lebaran untuk Kerek Pertumbuhan Ekonomi
SinPo.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan memanfaatkan momentum Hari Raya Idulfitri 2025 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, seperti mendorong daya beli masyarakat.
"Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama 2025, pemerintah mendorong peningkatan demand dan supply dalam mendukung pergerakan ekonomi saat libur Lebaran," kata Airlangga dalam keterangannya, Minggu, 16 Maret 2025.
Airlangga menjelaskan, sejumlah program disiapkan pemerintah menjelang Lebaran, mulai dari program pariwisata selama periode Idulfitri yang diproyeksikan terdapat sebanyak 122,1 juta perjalanan wisatawan, insentif PPN DTP yang ditambah sebesar 6 persen untuk tiket transportasi, diskon tarif tol 20 persen untuk perjalanan jarak jauh (Barrier Gate to Barrier Gate) di beberapa ruas tol, pada H-7 hingga H-4 Idulfitri, serta H+7 hingga H+8 Idulfitri, hingga percepatan program kendaraan bermotor listrik yang telah disepakati bantuan Pemerintah sebesar Rp7 juta perunit motor.
Selain itu, terdapat juga kebijakan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan bagi pekerja/buruh dan Bonus Hari Raya Keagamaan bagi pengemudi dan kurir pada layanan angkutan berbasis aplikasi dibayarkan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari H.
Kemudian, penyaluran THR ASN Pusat dan Daerah serta pensiunan pada 2 minggu sebelum Idulfitri, serta program belanja nasional antara lain Friday Mubarak pada 28 Februari – 28 Maret 2025 dengan target transaksi sebesar Rp75-77 triliun, BINA Lebaran pada 14 – 30 Maret 2025 dengan target transaksi Rp30 triliun, dan kampanye belanja online Ramadhan di seluruh e-commerce.
Di samping menyiapkan berbagai kebijakan pemerintah juga terus memonitor dinamika ekonomi global yang terus mengalami perubahan, salah satunya terkait kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat seperti terkait tarif.
Meskipun sejumlah negara menghadapi risiko resesi yang lebih tinggi, Indonesia tetap berada dalam posisi yang baik. Menurut data Bloomberg pada Februari 2025, probabilitas resesi Indonesia kurang dari 5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Meksiko (38 persen), Kanada (35 persen), dan Amerika Serikat (25 persen).
Namun demikian, menurut Airlangga, dengan fondasi ekonomi nasional yang solid, diversifikasi mitra dagang, serta hilirisasi yang terus diperkuat, Indonesia berpeluang besar menjaga stabilitas dan daya saingnya ditengah gejolak global.
"Tentu diperlukan komitmen dan sinergi dari semua pihak untuk bekerja bersama dalam terus membangun fundamental ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan," tukasnya.

