Minggu, 16 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
04:30
Subuh
04:40
Zuhur
12:01
Ashar
15:11
Magrib
18:05
Isya
19:14

Menkeu Sebut Industri Tekstil Indonesia Tetap Tumbuh

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 13 Maret 2025 | 17:11 WIB
Menkeu RI Sri Mulyani (SinPo.id/ Tangkapan layar)
Menkeu RI Sri Mulyani (SinPo.id/ Tangkapan layar)

SinPo.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia tetap terjaga baik, di tengah gejolak dagang global. Periode 2024, industri padat karya yaitu tekstil produk tekstil (TPT) tumbuh 4,3 persen secara tahunan atau year onyear (yoy), meningkat dibanding tahun sebelumnya yang terkontraksi 2 persen (yoy). 

"Bahkan, TPT yang walaupun karena terjadinya berita terhadap suatu perusahaan yang mengalami kebangkrutan, tapi TPT kita tumbuh 4,3 persen di tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya yang negatif 2 persen. Dan bahkan industri alas kaki kita tumbuhnya cukup tinggi 6,8 persen dibandingkan tahun 2023 yang negatif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis, 13 Maret 2025. 

Menkeu melanjutkan, untuk industri makanan dan minuman tumbuh 5,9 persen, industri kimia 5,9 persen, elektronik 6,2 persen, dan logam dasar tumbuh ebesar 13,3 persen. 

Dari catatan tersebut, menunjukan hingga akhir 2024, industri manufaktur Indonesia, baik yang menyerap banyak tenaga kerja (labour intensive) seperti TPT dan alas kaki, juga terutama kimia, elektronik, logam dasar, makanan dan minuman, pertumbuhannya mengalami kenaikan. 

Bahkan, sambung Menkeu, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia  mencapai level yang tinggi pada Februari 2025, yakni 53,6. Hal ini menempatkan Indonesia menjadi yang tertinggi setelah India.

"Ini yang berkontrubusi terhadap PMI manufaktur kita, yang ekspansi cukup tinggi di angka 53,6. Kalau kita lihat kontributor, semuanya positif. Kecuali yang ekspor, agak di bawah 50, output-nya positif. Total permintaan positif 54,8 tenaga kerja 53, stok barang jadi 51, dan stok input produksi 54,1. Kalau punya input, berarti dia mau memproduksi. Ini hal yang sangat bagus, ini PMI situasi Februari 2025," ucapnya. 

Dari segi ekspor, meski terjadi disrupsi global, sejumlah industri di Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekspor pada Januari 2025. Industri itu di antaranya elektronik (20,5 persen), olahan mikro (47,2 persen), tembaga (4,6 persen), alas kaki (17 persen) dan TPT (3,8 persen).

"TPT memang rendah, tapi itu positif di 3,8 persen mau mendekati 4 persen,” ujarnya.

Karenanya, Menkeu meyakini keseluruhan kinerja tersebut menggambarkan produksi dan aktivitas manufaktur di Indonesia tetap mampu bertahan, bahkan cenderung kuat.

"Ini landasan optimisme kita yang harus terus kita jaga. Ini merupakan sesuatu yang positif, yang tentunya perlu untuk kita jaga bersama-sama. Dengan kinerja manufaktur yang bagus, ketahanan sektor eksternal kita juga cukup terjaga baik," tukasnya.

Sebagai informasi, pada 1 Maret 2025 lalu, PT Sri Rejeki Isman (SRIL) Tbk atau Sritex, ditetapkan pailit atau bangkrut karena gagal bayar utang sebesar Rp29,8 triliun. Akibatnya, sekitar 11 ribu pekerja Sritex terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Di waktu berdekatan, sejumlah industri pengolahan mengalami nasib yang sama dengan Sritex. Seperti PT Sanken Indonesia mem-PHK 500 pekerja, PT Yamaha Music Indonesia PHK 1.100 pekerja.

Dan, pabrik sepatu Nike (PT Adis Dimension Footwear dan PT Victory Ching Luh) mem-PHK 4.000 pekerja. PT Danbi International, sebuah pabrik bulu mata terpangka gulung tikar. Korban PHK-nya sekitar 4.000 pekerja.

BERITALAINNYA