Sabtu, 15 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
04:30
Subuh
04:40
Zuhur
12:02
Ashar
15:11
Magrib
18:06
Isya
19:15

Menkeu Waspadai Perang Tarif Impor Trump

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 13 Maret 2025 | 16:58 WIB
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani (SinPo.id/ Dok. Kemenkeu)
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani (SinPo.id/ Dok. Kemenkeu)

SinPo.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, Indonesia akan terus mewaspadai dampak kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang memicu kembalinya perang dagang. Karena kebijakan tarif AS yang menyasar semua negara dengan surplus perdagangan, akan meningkatkan biaya rantai pasok manufaktur dan sektor digital.  

"Ini yang adalah harus kita sekarang teliti dan waspadai. Kalau diberlakukan kebijakan tarif kepada semua negara surplus, Indonesia ada di dalam rangking 15," kata Menkeu dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis, 13 Maret 2025 

Menkeu menjelaskan, ketegangan ini berawal ketika Trump mengumumkan  tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap barang impor dari Tiongkok, diikuti dengan tarif 25 persen untuk Meksiko dan Kanada. Kebijakan ini memicu respons keras dari negara-negara yang terkena dampak.

Kebijakan Trump itu, lantas dibalas Tiongkok  dengan menaikkan tarif 15 persen atas impor batu bara dan LNG dari AS, serta 10 persen produk minyak mentah, mesin pertanian, dan kendaraan. 

Dan Kanada dan Meksiko juga tidak tinggal diam. Mereka menerapkan tarif balasan terhadap berbagai produk AS.

Dimana, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membalas dengan mengenakan tarif 25 persen untuk berbagai produk impor dari AS. Lalu dibalas lagi oleh Trump. 

"Jadi ini adalah sebuah bahasa yang menunjukkan bahwa ia tidak main-main," paparnya. 

Menkeu menilai, setidaknya ada 20 negara yang mengalami surplus perdagangan terhadap AS. Tiga negara diantaranya telah dikenakan tarif impor oleh Trump, yaitu China, Meksiko, dan Kanada.

"Di sini 20 negara mencatatkan surplus terhadap AS. Indonesia ada di peringkat 15. Kita lihat negara yang punya surplus Besar, Tiongkok, Meksiko kena, Vietnam akan menjadi target cukup nyata," tuturnya. 

Menkeu menyampaikan, jika Indonesia terkena kebijakan Trump, akan menciptakan biaya dari supply chain sektor manufaktur terutama digital yang tinggi, rantai pasok mengalami disrupsi, harga komoditas mengalami volatilitas 

"Ini berpotensi menciptakan biaya dari supply chain sektor manufaktur, dan terutama untuk sektor digital yang akan meningkat. Rantai pasoknya juga akan mengalami disrupsi, harga komoditas juga akan mengalami volatilitas dan sentimen market akan terus menerus terayun-ayun," ucapnya. 

Di sisi global, aksi Trump berpotensi memicu relokasi dari rekonfigurasi rantai pasok. Namun, hal in kemungkinan akan membuat ekonomi global di luar AS menjadi lebih kuat, seperti ASEAN dan BRICS.

"Berbagai blok alternatif di luar Amerika seperti ASEAN dan BRICS ini menjadi alasan makin bisa tumbuh dan menjadi alternatif meskipun hal ini karena Amerika Serikat negara paling besar di dunia pasti yg mereka lalukan mempengaruhi seluruh dunia," kata dia  

Diketahui, Trump mengenakan sejumlah tarif impor ke sejumlah negara, seperti Meksiko, Kanada, dan China. Hal ini memicu saling balas dari negara-negara tersebut dengan mengenakan tarif impor produk dari AS. 

Trump mengenakan tarif impor 10 pers untuk energi dan 25 persen untuk produk lainnya di Kanada, 25 persen untuk Meksiko dan 10 persen untuk China. Kemudian China membalas dengan mengenakan tarif 15 persen  batubara dan LNG, 10 persen untuk minyak mentah dan mesin pertanian dari AS. Lantas Kanada mengenakan tarif 25 persen untuk berbagai produk impor dari AS.

BERITALAINNYA