IHSG Jeblok 4,67%, Emiten Jumbo Jadi Faktor Pemberat, Diversifikasi Dinilai Solusi

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 03 Maret 2025 | 03:20 WIB
Bursa Efek
Bursa Efek

SinPo.id -  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan 4,67% sepanjang 21–27 Februari 2025, dengan emiten-emiten jumbo menjadi faktor utama pelemahan. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menyebut kombinasi faktor global, domestik, dan laporan keuangan emiten sebagai penyebabnya.

Ketergantungan pada Emiten Jumbo Meningkatkan Risiko Pasar

Analis Strategi Institute, Fauzan Luthsa, menilai bahwa ketergantungan pasar modal pada emiten besar mempersempit pilihan investasi dan meningkatkan risiko volatilitas pasar serta ketergantungan pada investor asing.

“Konsentrasi bursa pada emiten jumbo menciptakan risiko sistemik yang tinggi. Jika emiten besar mengalami koreksi, dampaknya bisa signifikan terhadap IHSG,” ujar Fauzan, Minggu 2 Maret 2025.

Saat ini, investor asing menguasai 40% pasar modal Indonesia, sehingga aksi jual besar-besaran dapat mengguncang IHSG. “Minimnya pilihan investasi pada emiten skala menengah melemahkan daya serap pasar lokal, memperburuk dampak jika terjadi penarikan modal oleh asing,” tambahnya.

Dominasi Emiten Besar di Pipeline IPO

Data pipeline IPO menunjukkan ketimpangan yang signifikan, dengan 19 calon emiten, di mana 18 di antaranya adalah emiten jumbo, dan hanya satu perusahaan menengah. Hal ini semakin mempersempit pilihan bagi investor.

Menurut Fauzan, penambahan emiten menengah bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih sehat. “Perusahaan menengah cenderung memiliki potensi pertumbuhan yang lebih tinggi, berada dalam fase ekspansi, serta dapat mendorong inovasi dan diversifikasi investasi.”

Solusi: Diversifikasi Emiten untuk Pasar yang Lebih Stabil

Fauzan menekankan bahwa diversifikasi emiten, terutama dengan menambah jumlah perusahaan menengah yang melantai di bursa, dapat membantu menyeimbangkan IHSG. “Dengan bobot yang lebih ringan, emiten menengah bisa menjadi penyeimbang saat saham emiten jumbo mengalami fluktuasi tajam.”

Ia menambahkan bahwa meningkatkan jumlah IPO perusahaan menengah adalah langkah strategis untuk menyebar risiko, mengurangi dampak fluktuasi investor asing, dan menciptakan pasar modal yang lebih stabil serta berdaya saing.

“Pasar modal harus kembali ke khittahnya, menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkas Fauzan.

BERITALAINNYA