Ketegangan China-Filipina di Laut China Selatan Meningkat, Beijing Usir Pesawat Manila
SinPo.id - Ketegangan udara antara China dan Filipina di Laut China Selatan (LCS) kembali meningkat setelah Beijing melaporkan insiden terbaru yang melibatkan pesawat militer Filipina di wilayah yang disengketakan.
Menurut Kementerian Pertahanan China, Komando Palagan Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengeluarkan peringatan dan mengusir dua pesawat C-208 Filipina dan satu pesawat N-22 yang diduga memasuki wilayah udara China di atas Pulau Huangyan (Scarborough Shoal/Bajo de Masinloc) pada Kamis 20 Februari 2025.
China Klaim Filipina Bertindak Berbahaya
Juru bicara Komando Palagan Selatan PLA, Tian Junli, menuduh pesawat C-208 Filipina bertindak secara ilegal dan melakukan manuver berbahaya di udara.
"Dalam waktu 218 detik, pesawat Filipina turun 920 meter dengan cara yang tidak profesional, melintasi ketinggian helikopter patroli normal. Ini menimbulkan risiko tinggi bagi keselamatan penerbangan dan maritim," ujar Tian dalam pernyataan resminya.
China menuduh Filipina memprovokasi insiden ini terlebih dahulu, namun hingga kini Manila belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Beijing.
Ketegangan Berulang di Laut China Selatan
Insiden ini merupakan kejadian kedua dalam sepekan yang melibatkan pesawat militer China dan Filipina di perairan sengketa Laut China Selatan. Pada Selasa (18/2), kedua negara juga saling klaim terkait "pertemuan di udara" di atas Scarborough Shoal.
Selain Filipina, China juga sempat bersitegang dengan Australia pekan lalu. Menurut pemerintah Australia, sebuah jet tempur PLA J-16 melepaskan suar dekat pesawat patroli maritim P-8A Poseidon milik Angkatan Udara Australia yang tengah melakukan pengawasan rutin di atas Laut China Selatan.
Namun, China membantah tuduhan Australia, menyebut insiden tersebut terjadi di wilayah Xisha Qundao (Kepulauan Paracel) dan menolak apa yang mereka sebut sebagai "narasi palsu" dari Australia.
Situasi Memanas, Risiko Konflik Meningkat
Ketegangan antara China dan Filipina di Laut China Selatan terus meningkat, terutama setelah Filipina semakin mendekatkan diri dengan Amerika Serikat dan sekutu lainnya dalam beberapa tahun terakhir.
Konflik udara di wilayah sengketa ini meningkatkan risiko eskalasi militer di Asia Pasifik, terutama dengan semakin seringnya interaksi berbahaya antara pesawat dan kapal militer berbagai negara di Laut China Selatan.

