Kemenkes Catat 6.050 Kasus DBD di Awal Tahun, Masyarakat Diminta Aktif Cegah Penyebaran

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 16 Februari 2025 | 13:55 WIB
Ilustrasi imbauan waspadai penyakit demam berdarah. (SinPo.id/dok. Kemenkes)
Ilustrasi imbauan waspadai penyakit demam berdarah. (SinPo.id/dok. Kemenkes)

SinPo.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat, sejak 1 Januari hingga 3 Februari 2025, terdapat 6.050 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 28 kematian yang tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi.

Menyikapi hal ini, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penyebaran DBD, terutama dengan adanya perubahan iklim, seperti musim hujan.

"Kami terus mendorong Gerakan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, serta langkah tambahan seperti fogging dan abatisasi) agar lebih efektif dalam mencegah DBD," kata Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, Ina Agustina Isturini, kepada wartawan, Minggu, 16 Februari 2025.

Menurut Ina, rendahnya kesadaran masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus DBD. Banyak orang yang menganggap demam ringan sebagai gejala biasa, sehingga baru mencari pertolongan medis ketika kondisinya memburuk.

"Masyarakat seringkali tidak mengetahui bahwa ketika demam turun pada hari ke-4 atau ke-5, justru itu adalah masa kritis. Jika diabaikan, risiko syok dengue dan komplikasi lainnya akan meningkat," ujarnya.

Ina berharap agar pola hidup bersih dan upaya pencegahan DBD dapat menjadi kebiasaan masyarakat. Pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan secara bersama-sama dan tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab petugas kesehatan.

"Masyarakat harus aktif berperan dengan menerapkan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, serta berbagai langkah untuk mencegah gigitan nyamuk," kata dia.

Dari sisi pemerintah, Ina menjelaskan, telah mengadopsi berbagai strategi berbasis inovasi, termasuk implementasi nyamuk Wolbachia dan vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

Lonjakan kasus DBD ini sebagian besar dipicu oleh perubahan iklim yang membuat nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penularan DBD, semakin aktif. Dengan naiknya suhu, frekuensi gigitan nyamuk pun meningkat.

"Pada suhu 18 derajat Celsius, nyamuk menghisap darah setiap 5,5 hari sekali, namun saat suhu naik menjadi 33 derajat Celsius, mereka menggigit setiap 2 hari sekali," paparnya.

Kondisi ini menyebabkan potensi lonjakan kasus DBD semakin tinggi. Pada tahun 2024, Indonesia tercatat mengalami 247 ribu kasus DBD dengan 1.018 kematian.

"Fatality rate DBD tahun ini tercatat 0,4 persen, dan ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk lebih waspada," kata Ina.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI