Garuda Indonesia Targetkan Pembelian 20 Pesawat Baru di 2025

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 04 Januari 2025 | 15:42 WIB
Ilustrasi makspai penerbangan Garuda Indonesia. (SinPo.id/dok. Garuda)
Ilustrasi makspai penerbangan Garuda Indonesia. (SinPo.id/dok. Garuda)

SinPo.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menargetkan untuk membeli 20 pesawat pada tahun 2025. Untuk mewujudkan target tersebut, Garuda Indonesia telah menjalin penjajakan dengan berbagai produsen pesawat, termasuk Boeing, Airbus, dan Commercial Aircraft Corp of China Ltd. (Comac).

"Tahun ini, target kami adalah menambah armada pesawat, totalnya hingga 20 pesawat," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, yang dikutip pada Sabtu, 4 Januari 2025.

Wamildan menjelaskan bahwa pemenuhan target tersebut akan dilakukan secara bertahap. Pada Januari 2025, Garuda Indonesia akan mendatangkan dua unit pesawat Boeing, dan pada Februari 2025, operasional Garuda Indonesia akan bertambah dengan satu unit Boeing 737.

Menurut Wamildan, penambahan kapasitas pesawat sangat penting agar dapat melayani seluruh rute yang telah tersedia. "Ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan efisiensi operasional perusahaan," ujarnya.

Dia juga menegaskan akan memaksimalkan pemanfaatan pesawat yang diperoleh sepanjang tahun 2025. Fokus utama Garuda Indonesia adalah kapasitas armada, agar dapat melayani seluruh rute yang ada. "Kami berharap penambahan ini bisa meningkatkan kualitas layanan dan daya saing kami di pasar penerbangan global," tambahnya.

Namun, Wamildan juga menyadari bahwa memperoleh armada pesawat, baik baru maupun bekas, tidaklah mudah. Pasalnya, saat ini cukup sulit menemukan pesawat yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasar penerbangan, terlebih di tengah ketidakpastian perekonomian global. Untuk itu, Garuda Indonesia melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak, termasuk dengan Commercial Aircraft Corp of China Ltd. (Comac).

"Saya belum bisa memberikan jawaban pasti, tetapi komunikasi sudah dimulai. Jika pesawat tersebut kami operasikan, prosesnya masih cukup panjang," pungkas Wamildan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI