Qatar dan Yordania Kecam Agresi Israel di Suriah
SinPo.id - Sejumlah negara mengecam rencana Israel untuk memperluas permukiman di Dataran Tinggi Golan, Suriah, setelah mantan Presiden Bashar al-Assad digulingkan oleh kelompok pemberontak.
Kritik tersebut muncul di tengah aktivitas diplomatik yang intens di Suriah setelah penggulingan al-Assad dan pengambilalihan kekuasaan oleh pemerintah sementara yang baru.
Qatar mengecam rencana itu dan menyebutnya sebagai "episode baru dalam serangkaian agresi Israel di wilayah Suriah."
Yordania menyatakan bahwa rencana tersebut merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.
Turki mengecam langkah itu sebagai upaya Israel untuk memperluas perbatasannya.
Arab Saudi mengkritik tindakan tersebut sebagai sabotase yang berkelanjutan terhadap upaya Suriah untuk memulihkan keamanan dan stabilitas.
Mesir juga mengecam rencana tersebut dan menyebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Suriah."
Jerman menegaskan bahwa menurut hukum internasional, wilayah yang diduduki Israel itu adalah bagian dari Suriah.
Namun, pemerintah baru di Suriah memberikan isyarat bahwa mereka tidak berniat mencari konfrontasi dengan Israel.
Di sisi lain, Israel terus melancarkan ratusan serangan udara yang menargetkan lokasi militer dan pusat penelitian di berbagai wilayah Suriah, yang juga menuai kecaman dari sejumlah negara.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) pada Senin mengumumkan bahwa pasukannya telah melakukan serangan udara di Suriah yang menewaskan 12 anggota ISIS.
“Serangan terhadap para pemimpin, operator, dan kamp ISIS dilakukan sebagai bagian dari misi yang sedang berlangsung untuk mengganggu, melemahkan, dan mengalahkan ISIS,” kata militer AS dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh Al Jazeera, Selasa, 17 Desember 2024.
Pernyataan tersebut menambahkan bahwa tujuan serangan adalah untuk mencegah kelompok teroris tersebut melakukan operasi eksternal dan memastikan bahwa ISIS tidak memiliki peluang untuk membangun kembali kekuatan di wilayah tengah Suriah.
Diketahui, Israel menduduki Dataran Tinggi Golan pada 1967 dan mencaploknya pada 1981, langkah yang dianggap tidak sah oleh sebagian besar masyarakat internasional. Baru-baru ini, Israel juga berencana mengalokasikan lebih dari 40 juta shekel (sekitar USD 11 juta) untuk meningkatkan populasi pemukim di wilayah tersebut.