OJK Optimis Kredit Perbankan Tumbuh hingga 11 Persen di 2024

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 13 Oktober 2024 | 15:14 WIB
Gedung Otorita Jasa Keuangan. (SinPo.id/dok. OJK)
Gedung Otorita Jasa Keuangan. (SinPo.id/dok. OJK)

SinPo.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku optimis, pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun ini, bisa mencapai kisaran 9-11 persen, di tengah pelambatan ekonomi global. Angka itu masih sesuai dengan target OJK yang disampaikan awal tahun. 

"Kami optimis bahwa pertumbuhan kredit perbankan di 2024 masih sesuai dengan target yang disampaikan oleh OJK pada awal tahun yaitu di kisaran 9-11 persen," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam keterangannya, Minggu, 13 Oktober 2024. 

Adapun hingga Agustus 2024, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 11,40 persen secara tahunan atau year on year (yoy), meningkat dibandingkan posisi sama tahun sebelumnya sebesar 9,06 persen.

Kredit perbankan juga meningkat 5,89 persen secara year to date (ytd), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan secara ytd pada Agustus 2023 yaitu 4,92 persen.

Berdasarkan Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan III, sektor yang diperkirakan menjadi motor pertumbuhan kredit adalah sektor perdagangan besar dan eceran, perantara keuangan, serta industri pengolahan.

Menurut Dian, industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terbesar pada penyaluran kredit perbankan.

Karena, per Agustus 2024 saja, porsi kredit ke sektor ini mencapai 15 persen dari total kredit perbankan, yang merupakan terbesar kedua penyaluran di sektor produktif.

Pertumbuhan kredit juga masih cukup tinggi mencapai 8,15 persen yoy, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 3,35 persen yoy.

"Ke depannya, penyaluran kredit di sektor ini juga diproyeksikan masih akan bertumbuh dan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan kredit," kata Dian.

Untuk proyeksi pertumbuhan kredit tahun depan, baru akan mulai disusun dalam bentuk Rencana Bisnis Bank (RBB) pada akhir 2024, berdasarkan realisasi sampai dengan September ini.

"Berbagai faktor, termasuk tingginya ketidakpastian global saat ini, akan ikut menjadi variabel yang menentukan bagi perbankan dalam menyusun RBB 2025," kata Dian.

Menurut Dian, perbankan akan memperhatikan kondisi ekonomi secara global dan domestik yang masih perlu untuk diwaspadai ke depan. Beberapa hal menjadi pertimbangan adalah potensi kecepatan dan kedalaman penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate.

Perbankan juga menyoroti hasil pemilu presiden di AS, kondisi ekonomi, dan arah kebijakan moneter Tiongkok. Termasuk perkembangan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina atau di Timur Tengah, serta kebijakan pemerintah baru Indonesia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI