PENINGKATAN DAYA BELI MASYARAKAT

Kemendag Harap Pilkada dan Nataru Bangkitkan Daya Beli Masyarakat

Laporan: Tio Pirnando
Senin, 07 Oktober 2024 | 16:36 WIB
Ilustrasi aktivitas penjual dan pembeli di pasar (SinPo.id/Ashar)
Ilustrasi aktivitas penjual dan pembeli di pasar (SinPo.id/Ashar)

SinPo.id - Kementerian Perdagangan (Kemendag) berharap, dua agenda besar nasional yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak hingga libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024, dapat menggerakkan atau memulihkan daya beli masyarakat. Dengan demikian tren deflasi lima bulan beruntun akibat turunnya daya beli masyarakat, tak lagi terjadi. 

"Kita berharap besok Pilkada dan Nataru akan normal kembali. Kami berharap Pilkada nanti dan juga Nataru akan segera membantu (meningkatkan daya beli masyarakat)," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag RI Moga Simatupang kepada wartawan, Senin, 7 Oktober 2024. 

Moga tak memungkiri maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) turut mempengaruhi pelemahan daya beli masyarakat. PHK tersebut disebabkan oleh adanya konflik geopolitik yang membuat permintaan pasar global menurun. Sehingga ekspor beberapa produk dalam negeri terkena imbas penurunan. 

"Dengan demikian industri ini agak berkurang produksinya. Dampaknya ada beberapa terjadi PHK, pengurangan jam kerja. Sehingga berdampak ke daya beli," beber Moga. 

Namun, ia memproyeksikan Pilkada dan Nataru 2024 dapat memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat. "Kami berharap Pilkada nanti dan juga Nataru akan segera membantu," kata Moga. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami deflasi sejak Mei 2024 sebesar 0,03 persen. Kemudian, angka deflasi turun menjadi 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen Juli, 0,03 Agustus, dan 0,12 persen pada September.

Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, di Januari tercatat inflasi 0,04 persen.

Sementara Februari inflasi 0,37 persen, Maret 0,52 persen, serta April 0,24 persen. Angka deflasi tersebut diyakini menunjukkan kondisi terburuk yang dialami Indonesia sejak 1999. Terakhir, Indonesia  mengalami deflasi beruntun yaitu saat terjadinya pandemi Covid-19.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI