Polisi Pakistan Tahan Sejumlah Anggota Parlemen
SinPo.id - Para anggota partai dari mantan perdana menteri Pakistan, Imran Khan, tiba di sebuah pengadilan di Islamabad, setelah sejumlah anggota parlemen ditahan dalam sebuah penangkapan pada tengah malam.
Penangkapan dilakukan setelah aksi demonstrasi besar di ibu kota negara itu, untuk menuntut pembebasan Imran Khan. Pihak partai dan kepolisian menyatakan hal itu pada Selasa, 10 September 2024.
Seorang juru bicara kepolisian mengonfirmasi penahanan dari empat individu tetapi tidak memberikan detil dakwaan. Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) pimpinan Khan mengatakan, hampir selusin anggota parlemen mereka telah ditangkap di Islamabad. Sejumlah yang lain mencari perlindungan di parlemen untuk menghindari upaya penegak hukum, kata mereka lagi.
Ketua Partai, Gohar Khan termasuk di antara mereka yang ditahan tetapi kemudian dia dibebaskan.
“Saya dan Sher Afzal Marwat telah ditangkap dari luar gerbang majelis rendah parlemen. Shoaib Shaheen ditahan di kantornya. Setelah itu, sepuluh anggota parlemen kami ditahan oleh orang-orang bertopeng dari gedung parlemen. Kami menganggap itu sebagai serangan terhadap parlemen,” kata Gohar Khan.
Dalam sebuah konferensi pers di luar pengadilan, dia mengatakan bahwa anggota perlemen yang ditangkap masih berada dalam tahanan polisi selama delapan hari. Meski begitu, dia mengatakan bahwa mereka akan menggugat upaya itu di Pengadilan Tinggi pada Rabu, 11 September 2024.
Anggota parlemen dari PTI melakukan protes dalam sebuah sesi di Dewan Nasional pada Selasa, mendesak tindakan terhadap apa yang mereka tuduh sebagai upaya masuk tidak sah dari personil penegak hukum ke gedung parlemen.
Ketua Dewan Nasional, Ayaz Sadiq mengumumkan, bahwa dia akan menginvestigasi pengaduan tersebut, di mana, jika bisa dibuktikan, bisa berujung pada gugatan hukum. Dia memerintahkan semua anggota parlemen yang ditahan dikembalikan ke parlemen.
Gambar-gambar dari media menunjukkan polisi mendorong para anggota parlemen ke dalam kendaraan di luar parlemen, sebuah adegan yang oleh pemimpin partai oposisi, Omar Ayub Khan, disebut sebagai “penghinaan”.
Mantan bintang kriket berusia 71 tahun itu telah dipenjara selama lebih setahun sejak penggulingannya pada 2022, pasca perselisihan dengan jenderal militer yang kuat yang menyebabkan gejolak politik terburuk dalam beberapa dekade, di negara dengan penduduk 241 juta orang itu.