Pekerjaan Rumah Yunus untuk Banglades

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 23 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Bangldes dihadapkan pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan dan berdampak pada tingginya pengangguran. Negara itu juga harus bertanggungjawab kematian mahasiswa saat demonstrasi menggulingkan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

SinPo.id -  Muhammad Yunus ditunjuk untuk memimpin pemerintahan Bangladesh sementara setelah Sheikh Hasina mundur dan melarikan diri ke luar negeri. Yunus ditunjuk menduduk Perdana Menteri oleh Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin, setelah bertemu dengan para pemimpin mahasiswa dan kepala tiga angkatan bersenjata.

Yunus merupakan lawan politik lama Hasina, dia kembali dari Paris usai menjadi penasihat penyelenggara Olimpiade. Peraih nobel perdamaian 2006 dan dikenal sebagai ekonom dan bankir itu sebelumnya aktif mengembangkan pasar kredit mikro melalui Grameen Bank yang ia dirikan tahun 1983.

Muhammad Yunus dipuji karena membebaskan ribuan orang dari kemiskinan dengan memberi pinjaman kecil kepada para pebisnis yang tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman bank biasa. Namun di balik keberhasilannya, Yunus pernah diadili dengan tuduhan korupsi oleh pemerintahan Hasina yang menurutnya bermotif dendam.

Muhammad Yunus harus penyelesaian persoalan di Bangldes dalam kepemimpinan transisi dan dilanda krisis. Sejumlah dialami Banglades di antaranya pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan berdampak pada pertumbuhan lapangan kerja di sektor swasta dan tingginya angka pengangguran kaum muda.

Selain itu Bangladesh juga menghadapi kesulitan ekonomi sehingga mendapatkan dana talangan sebesar US$ 4,7 miliar atau Rp 76 triliun dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada awal tahun lalu. Kucuran dana dari IMF itu dirasakan setelah Banglades kesulitan membayar impor energi, yang selama ini mengurangi cadangan dolar dan meningkatkan inflasi.

Saat tiba di Banglades pada Kamis 8 Agustus lalu, Muhammad Yunus menyampaikan pidato kebijakan pemerintah utamanya mempertahankan perdagangan garmen Bangladesh.

“Kami tidak akan menoleransi segala upaya untuk mengganggu rantai pasokan pakaian global, di mana kami adalah pemain kunci,” kata Yunus, dilansir Al Jazeera

Ia mengacu 3.500 pabrik garmen Bangladesh menghasilkan sekitar 85 persen dari ekspor tahunannya yang mencapai $55 miliar. Dalam pidato kebijakannya, Yunus juga berjanji menyelidiki kematian mahasiswa saat demonstrasi menggulingkan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Tercatat lebih dari 450 orang tewas antara dimulainya tindakan keras polisi terhadap protes mahasiswa dan pemecatannya tiga pekan kemudian.

"Kami menginginkan penyelidikan yang tidak memihak dan kredibel secara internasional atas pembantaian tersebut," kata Yunus menegaskan.

Yunus juga akan memberikan dukungan yang dibutuhkan penyelidik PBB mencari fakta kekejaman selama protes yang dipimpin mahasiswa.  Selain itu Yunus juga berkomitmen menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil dalam waktu dekat.

Dalam pernyataannya ia juga memprioritaskan dukungan lebih dari satu juta orang Rohingya yang berlindung di Bangladesh.  Menurut dia, Bangladesh adalah rumah bagi sekitar satu juta warga Rohingya yang sebagian besar dari mereka melarikan diri dari negara Myanmar pada tahun 2017 setelah tindakan keras militer yang sekarang menjadi subjek penyelidikan genosida oleh pengadilan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Penunjukkan Muhammad Yunus mendapat sambutan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang menilai akan membawa Banglades ke arah lebih baik. Hal tersebut disampaikan langsung Anwar ke Yunus melalui telepon.

"Saya sangat senang bahwa Prof. Yunus telah memberikan jaminannya untuk melindungi hak-hak semua warga Bangladesh, termasuk kaum minoritas," kata Anwar dikutip dari laman Anadolu, Minggu, 18 Agustus 2024.

Menurut Anwar, Yunus memiliki hubungan baik dengan Malaysia sejak lama. “Karena itu, saya meyakinkannya bahwa Malaysia siap membantu dan mendukung pemerintah sementara dalam membangun kembali dan memulihkan perdamaian dan keamanan di Bangladesh," ujar Anwar menjelaskan.

Anwar menjadi pemimpin asing pertama yang berbincang dengan Yunus sejak pengangkatannya sebagai kepala pemerintahan sementara. Menurut Anwar, Yunus telah mengundang dirinya untuk berkunjung singkat ke Bangladesh sesegera mungkin demi memperkuat hubungan persaudaraan antara kedua negara.

Kilas Balik, Aksi Masa Menanggalkan Pemerintahan Sheikh Hasina

Muhammad Yunus hadir sebagai pemimpin Banglades usai Perdana Menteri Sheikh Hasina, menanggalkan jabatanya dan meninggalkan negaranya pada Senin 5 Agustus 2024 lalu. Pelarian Hasina dilakukan setelah kekerasan masa hingga menyebabkan jumlah korban terus meningkat. Hasina terbang menggunakan helikopter militer bersama saudara perempuannya dan sedang menuju India. Saluran televisi CNN News 18 melaporkan bahwa dia telah mendarat di Agartala, ibu kota negara bagian Tripura di timur laut India.

Sedangkan hari-hari menjelang hingga mundurnya Hasina dari perdana menteri menunjukkan ribuan orang turun ke jalan-jalan ibu kota Dhaka. Ribuan orang lainnya menyerbu kediaman resmi Hasina di Ganabhaban merusak tempat tersebut sambil meneriakkan slogan, mengepalkan tangan, dan menunjukkan tanda-tanda kemenangan.

Para pengunjuk rasa berubah jadi penjarah berkumpul di ruang tamu kediaman Hasina. Beberapa di antaranya bahkan membawa pergi televisi, kursi, dan meja dari salah satu bangunan paling aman di negara itu.

"Dia telah meninggalkan negara ini, meninggalkan negara ini," teriak masa.

Para pengunjuk rasa di Dhaka juga memanjat patung besar Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin kemerdekaan dan ayah Hasina, masa mulai memahat kepalanya dengan kapak.

Aksi masa di Banglades muncul ketika mahasiswa memprotes sistem kuota yang kontroversial dalam jabatan pemerintahan di negara tersebut. Protes itu berubah menjadi kekerasan dan menjadi isu kampanye menggulingkan Hasina, yang memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut pada Januari melalui pemilihan yang diboikot oleh oposisi. 

Aksi masa itu sebelumnya diawali gerakan aktivis mahasiswa yang menyerukan pawai menuju ibu kota Dhaka menentang diberlakukannya jam malam nasional dan mendesak Hasina mundur. Desakan itu muncul setelah bentrokan mematikan di seluruh negeri yang menewaskan hampir 100 orang sehari sebelumnya. Bahkan pada bulan Juli lalu terdapat sekitar 150 orang tewas saat menggelar demonstrasi berakhir rusuh.

Laporan surat kabar Daily Star yang dikutip Reuters menyebutkan setidaknya enam orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa di daerah Jatrabari dan Dhaka Medical College pada Senin 5 Agustus.

Panglima militer Bangladesh Jenderal Waker-Uz-Zaman mengatakan, membentuk pemerintahan sementara usai Hasina mengundurkan diri.  Zaman mengatakan Banglades telah banyak menderita, termasuk kondisi ekonomi dan korban akibat kekerasan. “Banyak orang telah terbunuh. Saatnya untuk menghentikan kekerasan," kata Waker.

Namun pernyataan jenderal Zaman mendapat tanggapan putra Hasina, Sajeeb Wazed Joy, yang mendesak pasukan keamanan negara memblokir pengambilalihan kekuasaan.

"Tugas Anda adalah menjaga keamanan rakyat dan negara kita serta menegakkan konstitusi," kata Joy dalam sebuah unggahan di Facebook.

Ia menunjuk aparat seraya memperingatkan kemajuan yang dicapai Bangladesh akan terancam jika Hasida dipaksa keluar. "Itu berarti jangan biarkan pemerintah yang tidak dipilih berkuasa selama satu menit pun, itu tugas Anda," ujar Joy menegaskan.

Joy sat ini tinggal di Amerika Serikat (AS). Ia merupakan penasihat teknologi informasi dan komunikasi untuk Hasina. (*)

BERITALAINNYA
BERITATERKINI