Jokowi Banggakan Larangan Ekspor Nikel: Kita Tak Goyah Walau Digugat

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 16 Agustus 2024 | 13:28 WIB
Presiden Joko Widodo. (SinPo.id/Youtube DPR)
Presiden Joko Widodo. (SinPo.id/Youtube DPR)

SinPo.id -  Presiden Joko Widodo menegaskan, pemerintah tidak akan goyah dalam mempertahankan kebijakan hilirisasi, dimulai dari pelarangan ekspor bahan mentah, termasuk nikel. Kendati, banyak negara lain yang menentang dan menggugat kebijakan pelarangan ekspor tersebut.

"Kita juga telah mengambil langkah besar untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah dengan tidak lagi mengekspor bahan mentah, tapi mengolahnya dulu di dalam negeri. Walau banyak negara lain menggugat, menentang, bahkan berusaha menggagalkan," kata Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Jumat, 16 Agustus 2024.

Jokowi menekankan, kekayaan sumber daya alam (SDA) yang ada di Indonesia, merupakan anugerah Allah SWT untuk negeri ini. Dan itu harus dapat dikelola sebesar-besarnya, dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya, dalam program hilirisasi, Indonesia  lebih mengutamakan pengelolaan SDA, seperti nikel, bauksit, dan tembaga, sebelum diekspor. Berikutnya, Indonesia akan mengolah timah, serta sektor potensial lainnya, seperti perkebunan, pertanian, dan kelautan.

Di Sisi lain, Jokowi mengingatkan, banyak penentangan dari negara lain akibat kebijakan tersebut. Tapi, Indonesia tidak akan gentar.

"Walau banyak negara lain menggugat, menentang, bahkan berusaha menggagalkan, tapi kita sebagai bangsa yang berdaulat, sebagai bangsa yang besar, kita tidak goyah, bahkan terus maju melangkah," tegasnya.

Lebih lanjut, Jokowi menyampaikan, hingga saat ini telah terbangun smelter dan industri pengolahan untuk nikel, bauksit, dan tembaga. Dia mengatakan ada 200 ribu lapangan kerja yang terserap dan meningkatkan pendapatan negara Rp 158 triliun selama 8 tahun ini.

"Kita juga telah mengambil kembali aset kita yang selama puluhan tahun dikelola oleh pihak asing, yang selama puluhan tahun diambil manfaat besarnya oleh pihak asing, seperti Freeport, Blok Rokan, dan Newmont. Alhamdulillah, semua itu bisa kita ambil alih kembali," kata dia.

Selain itu, Indonesia juga melihat peluang saat dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau. Terlebih, Indonesia mempunyai potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, dan bio energi.

"Kita terus konsisten mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap. Transisi energi yang ingin kita wujudkan adalah transisi energi yang berkeadilan, yang terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat," kata dia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI