Panglima Tertinggi Ukraina Klaim Telah Kuasai 1.000 Km Wilayah Rusia
SinPo.id - Panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrskyi,mengatakan pasukannya telah menguasai 1.000 kilometet persegi wilayah Rusia saat mereka melakukan serangan lintas batas terbesar dalam dua setengah tahun perang dengan skala penuh.
"Ukraina terus melakukan operasi ofensif di wilayah Kursk, selama tujuh hari setelah dimulai," kata Syrskyi, dilansir dari BBC, Selasa 13 Agustus 2024.
Namun Presiden Rusia Vladimir Putin, menggambarkan serangan itu sebagai provokasi besar dan langsung memerintahkan pasukan militernya untuk mengusir musuh keluar dari wilayah Rusia.
"Salah satu tujuan musuh yang jelas adalah untuk menabur perselisihan, pertikaian, mengintimidasi orang, menghancurkan persatuan dan kohesi masyarakat Rusia. Tugas utama, tentu saja, bagi kementerian pertahanan untuk mengusir musuh dari wilayah kita," kata Putin dalam pertemuan pejabat.
Akibat serangan tersebut, semakin banyak penduduk yang terpaksa dievakuasi dari wilayah Rusia barat demi keselamatan mereka. Setidaknya 59 ribu orang diminta untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Gubernur setempat mengatakan, sekitar 28 desa di daerah itu telah jatuh ke tangan pasukan Ukraina, dan 12 warga sipil tewas. Namun ia juga memberitahu Putin bahwa sekitar 2 ribu warga Rusia masih berada di wilayah yang diduduki oleh pasukan Ukraina.
"Kami tidak tahu apa pun tentang nasib mereka," katanya, seraya memperingatkan orang-orang untuk berlindung dari rudal di ruangan tanpa jendela dan dengan dinding yang kokoh.
Sementara di Belgorod, wilayah di sebelah Kursk, sekitar 11 ribu orang juga didesak untuk pergi, karena gubernur Vyacheslav Gladkov memberi tahu orang-orang dari distrik Krasnaya Yaruga bahwa mereka dievakuasi karena aktivitas musuh di perbatasan.
Diketahui, pasukan Ukraina melancarkan serangan mendadak pada Selasa lalu, dan maju hingga sejauh 18 mil (30 km) ke wilayah Rusia. Serangan itu disebut telah meningkatkan kepercayaan diri di pihak Ukraina, tetapi para analis mengatakan, strategi itu akan membawa bahaya baru bagi Ukraina.
"Ada risiko bahwa Moskow akan sangat marah dengan serangan ini sehingga dapat menggandakan serangannya sendiri terhadap penduduk sipil dan infrastruktur Ukraina," kata seorang anggota militer senior Inggris yang tidak ingin disebut namanya.