Merakyat, Gusti Bhre Dinilai Mampu Lanjutkan Estafet Kepemimpinan Gibran di Solo

Laporan: Juven Martua Sitompul
Selasa, 06 Agustus 2024 | 15:23 WIB
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo (Gusti Bhre). Istimewa.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo (Gusti Bhre). Istimewa.

SinPo.id - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menyebut Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo (Gusti Bhre) merupakan sosok yang mampu melanjutkan estafet kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka dalam membawa kemajuan Kota Solo.

Ini disampaikan Qodari dalam kegiatan Konsolidasi Relawan Sahabat Bang Ara dan Stefanus Gusma, di Wisma Dewa Dewi, Kota Solo, Senin, 5 Agustus 2024. Qodari membeberkan tiga alasan Gusti Bhre layak memimpin Solo.

Pertama, adanya hubungan harmonis antara Gusti Bhre dengan keluarga besar Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terjalin cukup lama dan di antara keduanya memiliki pemikiran yang sama.

"Saya melihat bahwa yang bisa melanjutkan ini adalah Gusti Bhre. Kenapa? Karena pertama hubungan baik antara Gusti Bhre dengan Pak Jokowi dengan Mas Gibran itu sudah terjalin cukup panjang dan kelihatannya itu sejalan," kata Qodari dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2024.

Qodari juga menyebut Gusti Bhre mampu memadukan antara tradisi dan modernitas. Hal itu dianggap memiliki kesamaan dengan Gibran dalam membangun Kota Solo. 

"Misalnya revitalisasi Taman Mangkunegaran, namanya tetap ada bagian dari Pura Mangkunegaran, tetapi menjadi lebih asri, lebih indah dan lebih dinikmati, bahkan di sana ada restoran kemudian ada kafe, masyarakat, wisatawan dalam negeri luar negeri bisa masuk ke dalam, bisa ikut merasakan tetapi tetap menjadi bagian dari Pura Mangkunegaran," kata Qodari

"Jadi di situ kita melihat bagaimana tradisi dan modernitas itu bisa menyatu dengan baik pada diri Mas Gibran dan Gusti Bhre," timpalnya.

Alasan kedua, kata Qodari, Gusti Bhre merupakan figur muda seperti Gibran yang memiliki energi dan pemikiran yang satu frekuensi untuk Solo lebih maju ke depan.

"Gusti Bhre adalah sosok anak muda yang energinya begitu besar, ya Mas Gibran anak muda berarti yang melanjutkan juga baiknya orang muda karena frekuensi pemikirannya yang sama, energinya juga sama," kata dia.

Alasan ketiga, Gusti Bhre dianggap memiliki jiwa yang sangat merakyat. Sekalipun, Gusti Bhre berasal dari keluarga ningrat.

"Saya melihat bahwa Gusti Bhre ini walaupun dia adalah keturunan dari Raja Mataram, keturunan dari Pura Mangkunegaran, pimpinan Kadipaten Mangkunegaran karena dia adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X, tapi sebetulnya beliau ini adalah figur yang sangat-sangat merakyat," ucapnya.

Qodari mengungkapkan sikap merakyat itu terbukti dari kehadiran Gusti Bhre dalam acara konsolidasi relawan Sahabat Bang Ara dan Stefanus Gusma yang disambut begitu antusias oleh masyarakat dengan penuh kehangatan.

"Kalau istilah saya itu wajah ningrat hati merakyat, wajahnya itu kan ningrat betul tetapi hatinya itu sangat merakyat dan hari ini saya menyaksikan di acara konsolidasi Sahabat Bang Ara dan Stefanus Gusma ini, bagaimana beliau masuk itu dari depan sampai ke belakang itu lama kenapa karena sambutan masyarakat yang begitu meriah," kata dia. 

Qodari bahkan sempat berseloroh dengan Gusti Bhre yang menyamakan dirinya dengan Presiden Jokowi sebagai sosok pemimpin yang dicintai rakyat. 

"Istilah saya itu tadi bercanda dengan Gusti Bhre, tak kira yang datang Pak Jokowi dan memang interaksinya dengan masyarakat itu juga sangat-sangat hangat, salaman, disapa bukan hanya yang di lantai dasar tetapi juga di lantai atas," kata Qodari.

"Dan intinya, frekuensi hubungan atau interaksi hubungan antara Pak Jokowi dengan masyarakat, Mas Gibran dengan masyarakat itu juga saya lihat pada diri Gusti Bhre," ucap Qodari.

Qodari mengatakan Gusti Bhre terlihat sangat berwibawa tapi merakyat. Ini sebagaimana karakter kepemimpinan Presiden Jokowi maupun Gibran saat menjabat Wali Kota Solo.

"Berwibawa itu karena beliau adalah keturunan Mangkunegara, tapi beliau adalah merakyat. Merakyat ini sangat penting, kenapa? Karena semenjak Pak Jokowi jadi pemimpin, Mas Gibran menjadi pemimpin memang karakteristik kepemimpinan yang menjadi standar bagi masyarakat itu seperti Pak Jokowi dan Mas Gibran," kata dia.

"Dan kata kuncinya adalah merakyat. Berwibawa tapi merakyat, merakyat tapi berwibawa, saya kira itu yang unik dari Gusti Bhre tidak bisa keluar dari itu," kata Qodari menambahkan.

Qodari juga menilai kata 'merakyat' penting. Sebab, lawan politik Gusti Bhre diduga akan menggunakan narasi elitisme yang hendak memisahkan Gusti Bhre dari rakyat. 

"Saya menduga bahwa lawan-lawan politik nanti akan menggunakan isu elitisme terhadap Gusti Bhre, pasti itu, jadi Gusti Bhre akan dipisahkan dari rakyat, akan dibuat dikotomi antara Gusti Bhre dengan rakyat,"'katanya.

Kendati begitu, Qodari meyakini isu itu tidak akan mempan karena Gusti Bhre sudah menunjukkan dirinya dekat dengan rakyat. Sehingga, narasi elitisme dengan sendirinya akan terbantahkan atau gagal. 

"Nah Gusti Bhre ini sudah mendahului, sudah mengantisipasi dengan cara apa, dengan cara ditunjukkan bagaimana dia merakyat, interaksi dia dengan rakyat itu berjalan dan bagaimana rakyat dekat dan merespon dengan baik figur Gusti Bhre ini," katanya.

"Jadi menurut saya per hari ini tidak bisa lagi tuh kalau ada lawan politik yang mau menyerang Gusti Bhre dengan isu elitisme, mau mendikotomikan Gusti Bhre dengan rakyat enggak bisa, itu sudah gagal, sudah dipatahkan Gusti Bhre dengan acara pada hari ini konsolidasi Sahabat Bang Ara dengan Gusma dan tentu saja dengan kegiatan-kegiatan interaksi Gusti Bhre selama ini," tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI