ID FOOD Terapkan Konsep Smart Farming untuk Tingkatkan Produktivit Pangan

Laporan: Galuh Ratnatika
Minggu, 04 Agustus 2024 | 10:38 WIB
Ilustrasi smart farming (SinPo.id/ vnn media)
Ilustrasi smart farming (SinPo.id/ vnn media)

SinPo.id - Direktur Supply Chain Management (SCM) dan Teknologi Informasi (TI) PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID FOOD, Bernadetta Raras, mengatakan penerapan konsep smart farming di setiap tahap rantai pasok dinilai sebagai solusi efektif untuk mengatasi berbagai tantangan.

Pasalnya, sektor pangan nasional saat ini sedang menghadapi banyak tantangan, terutama dalam hal produktivitas pertanian dan kualitas produk pangan yang masih perlu ditingkatkan.

"Seluruh pelaku industri yang tergabung dalam ekosistem pangan nasional harus memiliki komitmen dan peta jalan (roadmap) dalam penerapan smart farming," kata Raras dalam keterangan persnya, dikutip Minggu, 4 Agustus 2024.

"Dengan demikian, transformasi sektor pertanian nasional dapat berjalan secara terukur dan berkelanjutan," lanjutnya.

Terkait urgensi smart farming tersebut, Raras menjelaskan Holding BUMN Pangan ID FOOD saat ini telah menjalankan roadmap penerapan smart farming di sejumlah lini bisnisnya.

“Penting untuk ID FOOD menerapkan smart farming. Mengingat, sebagai Holding BUMN Pangan yang dibentuk pemerintah, ID FOOD memiliki tugas besar menjaga ketahanan pangan nasional serta meningkatkan inklusifitas petani, peternak, nelayan, dan UMKM," ungkapnya.

Seperti di industri gula yang menjadi lini bisnis terbesar perusahaan misalnya, ID FOOD mengadopsi teknik pertanian cerdas yang melibatkan penginderaan jarak jauh, sensor, dan IoT.

“Dengan penerapan smart farming tersebut, ID FOOD mampu mengolah tebu dari 50.000 hektar lahan setiap tahun sambil memaksimalkan produksi,” terangnya.

Dari sisi produksi, penerapan smart farming penting untuk menjaga akurasi pelaksanaan budidaya tebu dari mulai tanam hingga panen atau tebang, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tebu dan gula ID FOOD.

Dampaknya, penjualan gula ID FOOD pada 2023 mengalami peningkatan 5 persen, atau tumbuh dari 401 ribu ton di tahun 2022 menjadi 421 ribu ton di tahun 2023.

Sedangkan dari sisi keuangan, menurut Raras, penerapan smart farming di ID FOOD juga telah memberikan dampak positif dari mulai pengurangan biaya atau efisiensi dan peningkatan pendapatan.

Di lini bisnis gula sendiri, pada tahun 2023 terjadi peningkatan pendapatan 14 persen. Pertumbuhan pendapatan terjadi dari Rp 4,9 triliun pada 2022 menjadi Rp 5,6 triliun pada 2023.

Lebih lanjut, kata Raras, pertumbuhan tersebut tentunya tidak dapat dilepaskan dari penerapan digitalisasi teknologi yang dijalankan perusahaan secara bertahap, sesuai Roadmap Smart Farming yang telah disusun.

“Smart farming memberikan dampak finansial yang besar dibandingkan metode tradisional, dengan biaya tahunan yang lebih rendah untuk tenaga kerja dan peralatan," tandasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI