Ajak Delegasi IPPP ke Sarinah, Wakil Ketua BKSAP DPR Perkenalkan Batik

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 01 Agustus 2024 | 18:31 WIB
Wakil Ketua BKSAP DPR RI, Putu Supadma Rudana bersama Ketua Parlemen dari Tonga yaitu Lord Fatafehi Fakafanua. (SinPo.id/Dok. Pribadi)
Wakil Ketua BKSAP DPR RI, Putu Supadma Rudana bersama Ketua Parlemen dari Tonga yaitu Lord Fatafehi Fakafanua. (SinPo.id/Dok. Pribadi)

SinPo.id - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Putu Supadma Rudana mengajak sejumlah delegasi Forum Kedua Indonesia-Pasific Parliamentary Partnership (IPPP) ke pusat perbelanjaan bernuansa seni dan budaya di Sarinah, Jakarta pada Sabtu, 27 Juli 2024. Salah satunya, Ketua Parlemen dari Tonga yaitu Lord Fatafehi Fakafanua.

“Mereka saya ajak berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan atau mal bersejarah di Indonesia yaitu Sarinah. Mal ini adalah prakarsa proklamator kita Bung Karno, di mana beliau memprakarsai Pusat Perbelanjaan Sarinah,” kata Putu melalui keterangannya pada Kamis, 1 Agustus 2024.

Di mana, kata dia, Sarinah ini adalah sosok yang penting bagi Presiden pertama RI Soekarno karena yang mengasuhnya saat beliau masih usia kecil. Tentu, kehadiran Sarinah ini merupakan satu sejarah yang patut diketahui oleh berbagai negara, khususnya Lord Fakafanua. Sebab, kata dia, Sarinah menampilkan komitmen sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menghadirkan produk seni budaya dan produk lokal dari berbagai provinsi di Indonesia.

“Kita ingin menampilkan bahwa komitmen Sarinah sebagai Badan Usaha Milik Negara ingin menghadirkan produk-produk lokal, produk budaya dan produk seni di Indonesia, jika kita lihat memang banyak di sana ada kain tenun, batik, baju-baju batik, belum lagi kerajinan tangan, banyak ukiran, kerajinan besi dan souvenir lainnya yang menunjukkan kekayaan seni budaya Indonesia,” jelas Legislator asal Bali ini.

Pada saat itu, Putu menunjukkan batik sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia dan justru banyak pihak memakainya baik tokoh-tokoh Indonesia maupun para tokoh di dunia. Misalnya di Afrika Selatan Nelson Mandela sangat cinta menggunakan batik Indonesia. 

“Saat itu kita melihat dan memilih batik, dia (Lord Fakafanua) juga membeli batik. Dia sungguh sangat senang karena bahan batik ini bisa digunakan di kawasan tropis termasuk di negara kepulauan Pacifik. Kalau kita di Indonesia, kita berada di Katulistiwa dengan suhu yang sepanjang tahun panas. Jadi pakaian batik ini juga sangat tepat digunakan disini. Pada tahun 1990, Presiden Soeharto memberikan cinderamata batik kepada Nelson Mandela sebanyak 6 setel. Momen tersebut menjadi perkenalan Mandela dengan batik saat ia masih menjabat sebagai wakil ketua Kongres Nasional Afrika. Sejak saat itu, Presiden Nelson Mandela hadir mengenakan batik dalam berbagai acara kenegaraan di forum nasional maupun internasional, termasuk di forum PBB," ucapnya.

Seperti diketahui, pada 2 Oktober 2009, Badan PBB untuk Pendudukan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan batik sebagai Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi dari Indonesia.

Putu yang merupakan Anggota Biro Inter-Parliamentary Union (IPU) di komite Pembangunan Berkelanjutan mengatakan untuk memperkuat hubungan khususnya dengan negara-negara pacifik, Parlemen Indonesia bersama parlemen negara kepulauan pacifik berkomitmen untuk terus mengawal perdamaian dan keamanan (peace and security) kawasan, juga mendorong trade dan kerjasama ekonomi yang sustainable dan inklusif sesuai dengan konsep green economy, termasuk investasi hijau dalam pencapaian sustainable development goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan.

“Kemudian berikutnya adalah hubungan socio-cultural, di mana kita ingin masyarakat kedua kawasan meningkatkan hubungan people-to-people, salah satunya melalui budaya maupun pariwisata,” jelas Ketua Asosiasi Museum Indonesia ini.

Selanjutnya, Putu juga mengajak Lord Fakafanua makan siang Bebek Bali Bumbungan di Sarinah. Tentu, Putu menyampaikan hal ini dilakukan sebagai komitmen untuk membangun hubungan baik dengan mereka. Sebab, kata dia, diplomasi itu tidak selalu dilakukan dalam ruang pertemuan formal tapi melalui cultural diolog bisa mempererat hubungan antar bangsa.

“Kita ingin menunjukkan bahwa diplomasi tidak hanya sekedar di ruang pertemuan formal, tapi justru diplomasi juga menghadirkan atau menunjukkan kepada mereka kekayaan seni budaya Indonesia, kuliner untuk mempererat hubungan. Jika kita kenal, kita semakin sayang. Jika pada ujungnya kita bisa menunjukkan budaya kita, justru respek akan terbangun. Setelah respek terbangun, hubungan antara Indonesia dengan Negara-negara Pasifik itu akan menemukan mutual respek, akhirnya mereka juga akan memberikan penghormatan yang tinggi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan memberikan komitmennya untuk terus menjaga keutuhan NKRI,” pungkasnya.sinpo

Komentar: