Korban Kerusuhan di Bangladesh Meningkat, Ratusan Orang Tewas
SinPo.id - Bangladesh mencatat sedikitnya 105 orang tewas dan ribuan orang lainnya terluka akibat bentrokan yang terjadi antara mahasiswa yang berunjuk rasa dengan pihak kepolisian.
Aksi protes terkait kebijakan alokasi pekerjaan pegawai negeri yang berujung kerusuhan tersebut telah membuat memutus Bangladesh dari seluruh dunia, karena pemerintah memblokir layanan internet dan seluler.
Pemerintah juga memberlakukan jam malam nasional yang ketat dan mengerahkan tentara untuk berjaga. Bahkan pasukan keamanan diperintahkan untuk menembak siapa saja yang melanggar aturan jam malam.
"Perintah tembak di tempat telah diberlakukan, yang memberikan kewenangan kepada pasukan keamanan untuk menembaki pengunjuk rasa dalam kasus-kasus ekstrem," kata Obaidul Quader, sekretaris jenderal partai Liga Awami yang berkuasa. Dilansir dari Sky News, Minggu 21 Juli 2024.
Menanggapi hal itu, kelompok hak asasi internasional mengkritik tindakan pasukan keamanan dan penangguhan layanan internet. Uni Eropa juga mengatakan sangat prihatin dengan kekerasan dan hilangnya nyawa.
Diketahui, para pengunjuk rasa menuntut negara untuk mengakhiri sistem kuota yang menyisihkan hingga 30 persen pekerjaan pegawai negeri untuk para veteran yang bertempur dalam perang kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.
Mereka berpendapat bahwa sistem tersebut hanya menguntungkan sekutu partai yang berkuasa di negara itu. Sehingga para mahasiswa ingin sistem tersebut diganti dengan sistem berbasis prestasi.
Namun, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menegaskan bahwa para veteran berhak mendapatkan penghormatan terbesar atas kontribusi mereka selama perang, terlepas dari afiliasi politik mereka.