Polemik Kunjungan di Tengah Penderitaan Rakyat Palestina
Pertemuan lima kader Nahdlotul Ulama dengan Presiden Israel, Isaac Herzog menuai hujatan di media sosial. Pertemuan di Yerusalem Barat awal Juli lalu itu dinilai menyakiti perasaan sesama umat Islam yang bersolidaritas terhadap penderitaan rakyat Palestina.
SinPo.id - Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sudarnoto Abdul Hakim, mengecam kunjungan lima cendikiawan Nahdlotul Ulama ke Israel dan bertemu Presiden Isaac Herzog. Sudarnoto mengatakan pertemuan kelima cendikiawan itu sebagai perbuatan tercela dan tidak terhormat saat pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh Israel Defense Forces terhadap rakyat Palestina.
"Bagaimana mungkin pada saat pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh Israel Defense Forces terhadap rakyat Palestina, ada lima aktivis dari Nahdlatul Ulama yang bertemu melakukan pembicaraan dengan presiden Israel,” ujar Sudarnoto dikutip dari VOA.
Sudarnoto mengatakan kunjungan kelima cendikiawan itu bukti mereka tidak peka dan tidak punya sensitivitas kemanusiaan. “Pertemuan dengan presiden dari sebuah negara yang sedang melakukan genosida dan melanggar hukum internasional," kata Sudarnoto, menambahkan.
Dengan begitu ia menuntut agar kelima cendekiawan itu menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada Masyarakat. Selain itu Sudarnoto juga menyerukan agar pemimpin pengurus besar nahdlotul ulama (PBNU) mengambil langkah menyikapi kelima kadernya itu.
Tercatat foto menampilkan pertemuan lima kader Nahdlotul Ulama saat bertemu Presiden Israel, Isaac Herzog menuai hujatan di media sosial. Pertemuan disebut terjadi di Yerusalem Barat awal Juli lalu itu dinilai menyakiti perasaan sesama umat Islam yang bersolidaritas terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Kelima kader NU itu diketahui bernaung di beberapa badan otonom atau Banom NU, mereka di antaranya Zainul Maarif, dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) yang juga Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jakarta. Selain itu Munawir Aziz, Sekretaris Umum Persatuan Pencak Silat yang juga juga Sekum Pagar Nusa.
Ada juga Nurul Barul Ulum dan Izza Anafisa Dania, anggota dari Pimpinan Pusat Fatayat NU, dan Syukron Makmun, Ketua Pengurus Wilayah NU Banten.
Meminta Maaf, NU : Pertemuan itu sebuah kesalahan
Ketua Umum pengurus besar nahdlotul ulama atau PBNU KH Yahya Cholil Staquf meminta maaf kepada publik, terkait kunjungan lima cendekiawan Nahdliyin ke Israel dan bertemu Presiden Isaac Herzog. Kepada media Yahya mengaku telah memanggil cendekiawan Nahdliyin itu untuk dimintai klarifikasi.
"Kami mengerti dan sangat memaklumi, kami merasakan hal yang sama, bahwa ini adalah sesuatu yang tidak patut di dalam konteks suasana yang ada saat ini," ujar Yahya.
Ia menegaskan pertemuan kelima kader NU dengan presiden Israel Isaac Herzog sesuatu yang tidak patut dalam konteks saat ini, ia juga menilai itu merupakan sebuah kesalahan. Bahkan ia sudah mengkonfirmasi dari lembaga-lembaga di bawah PBNU yang takt ahu personelnya berangkat ke Israel.
“Tidak ada mandat kelembagaan dan tidak pernah pembicaraan sebelumnya. Oleh karena itu PBNU menegaskan kepergiaan mereka ke Israel merupakan tanggung jawab pribadi dan tidak ada kaitannya dengan lembaga,” ujar Yahya menegaskan.
Menurut Yahya, kelima cendekiawan Nahdliyin itu didekati satu-satu oleh pihak tertentu untuk diajak melawat ke Israel. Meski Yahya tidak menyebut pihak mana yang dimaksud. Sedangkan selama di Israel mereka mengelar sejumlah pertemuan lintas agama tanpa agenda pertemuan dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
“Pertemuan dengan Herzog sama sekali tidak direncanakan sebelumnya,”katanya.
PBNU akan mengeluarkan sanksi terhadap kelima cendikiawan NU yang bertemu presiden Isaac Herzog. Yahya menegaskan PBNU punya aturan yang jelas jika ada kader yang melanggar aturan. Sedangkan kehadiran kelima kadernya ke Israel itu patut diduga melanggar aturan mengenai keharusan engagement atau relasi internasional harus melalui PBNU.
Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, mengultimatum lima kader NU yang berkunjung ke Israel agar segera mengundurkan diri dari kepengurusan NU. "Pilihannya mengundurkan diri atau dimundurkan dari organisasi. Jadi saya minta mereka segera memilih," ujar Gus Ipul, Kamis, 18 Juli 2024.
Menurut Gus Ipul, PBNU juga telah memanggil satu dari lima kader tersebut. Sedang empat lainnya telah dipanggil oleh ketua lembaga dan badan otonom tempat mereka menjadi pengurus. Dari hasil tabayun yang dilakukan, kepergian kelima orang ini ke Israel dilakukan atas nama pribadi dan sama sekali tidak mewakili lembaga.
“Keberangkatan mereka dibiayai oleh sebuah LSM dengan agenda dialog antariman, tanpa jadwal untuk bertemu Presiden Israel,” ujar Gus ipul menjelaskan.
Mereka berdalih keberangkatannya bertujuan turut serta menciptakan perdamaian antara Israel dan Hamas. Meskipun mereka telah meminta maaf atas kepergian tanpa izin dan pemberitahuan, Gus Ipul menegaskan tindakan tersebut melanggar ketentuan organisasi.
"Apalagi kerja sama atau komitmen kerja sama dengan pihak luar negeri harus seizin PBNU," katanya.
Gus Ipul juga menuntut agar lembaga dan Banom tempat para kader tersebut mengabdi segera bertindak tegas, dengan dua pilihan: mengundurkan diri atau diberhentikan. Hal itu sebagai langkah pembelajaran.
Israel Banyak dikunjungi Warga Indonesia, Sebelumnya Tokoh NU juga
Meski pemerintah Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun catatan menunjukkan setiap tahun ribuan warga Indonesia mengunjungi negeri Yahudi tersbut. Kehadiran mereka ke Israel lewat negara lain, umumnya untuk wisata atau beribadah.
Situs Statista menyebutkan warga Indonesia yang datang ke Israel menunjukkan trend kenaikan, kecuali saat merebaknya COVID-19. Pada tahun 2020-2022 terdapat 353 ribu orang ke Israel. Sedangkan kedatangan warga Indonesia ke Israel dari tahun 2018 ke tahun 2019 terjadi perubahan kenaikan hingga 387 ribu orang.
Tercatat sejumlah petinggu NU juga melakukan kunjungan ke Israel bertemu dengan pejabat di negara yahudi tersebut. di antaranya mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, saat menjabat sebagai Ketua PBNU. Gus Dur pernah berkunjung ke Israel tahun 1994 atas undangan Shimon Perez, yang kemudian menjadi perdana menteri.
Kunjungan Gus Dur itu hanya berselang satu tahun setelah kunjungan bersejarah Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin ke Indonesia pada tahun 1993. Kunjungan kedua Gus Dur terjadi pada tahun 1997, sesekali ia juga menerima delagasi dari Israel di Jakarta. Sedangkan Yahya Staquf, yang saat ini menjadi Ketua Umum PBNU, pernah melawat ke Israel pada tahun 2018 lalu. (*)