Enam Orang Tewas dalam Kerusuhan di Bangladesh

Laporan: Galuh Ratnatika
Kamis, 18 Juli 2024 | 07:12 WIB
Foto: AP
Foto: AP

SinPo.id -  Sedikitnya enam orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka dalam aksi protes mahasiswa yang sedang berlangsung di Bangladesh. Hal itu membuat pihak berwenang menutup semua universitas di negara itu tanpa batas waktu.

Aksi unjuk rasa anti pemerintah tersebut, berujung pada bentrokan antara mahasiswa dengan polisi, serta agitator pro-pemerintah. Tiga di antara yang tewas telah diidentifikasi sebagai mahasiswa berusia antara 22 dan 32 tahun.

Adapun kerusuhan tersebut disebabkan oleh mahasiswa yang memprotes kebijakan pemerintah untuk memberikan 30 persen lapangan pekerjaan di perusahaan milik pemerintah kepada anggota keluarga pejuang kemerdekaan dari Perang 1971.

Sistem pembagian kuota pekerjaan tersebut juga menyediakan pekerjaan untuk perempuan, penyandang cacat, dan kelompok etnis minoritas. Namun kebijakan tersebut membuat marah mahasiswa, lantaran banyak lulusan universitas yang masih menjadi pengangguran. Terlebih 32 juta anak muda di Bangladesh tercatat tidak bekerja atau sekolah.

Selain itu, aksi protes meluas setelah Perdana Menteri Sheikh Hasina, menolak menanggapi tuntutan para mahasiswa dan melabeli mereka aebagai "razakar", istilah yang digunakan untuk mereka yang diduga bekerja sama dengan tentara Pakistan selama perang tahun 1971.

Protes tersebut merupakan tantangan besar bagi Hasina sejak ia kembali menjabat untuk keempat kalinya pada awal tahun ini, dalam pemilihan yang diboikot oleh partai-partai oposisi. Pasalnya, pemerintahan Hasina memiliki rekam jejak yang buruk, karena selalu menggunakan kekerasan terhadap para kritikus untuk meredam perbedaan pendapat.

Bahkan para demonstran menyebut, penolakan Hasana terhadap tuntutan mahasiswa telah memicu mahasiswa Liga Chhatra Bangladesh (BCL) atau yang pro terhadap pemerintah, untuk menyerang ribuan orang yang berunjuk rasa menentang sistem kuota pekerjaan.

"Kami berunjuk rasa dengan damai hingga kami diserang oleh para preman BCL. Padahal kami berhak untuk terus berunjuk rasa, hal itu tertanam dalam sejarah negara ini dan kami akan terus melakukannya demi hak kami," kata seorang mahasiswa di Dhaka yang tidak ingin disebutkan namanya. Dilansir dari The Independent, Kamis 18 Juli 2024.

Tak hanya itu, polisi juga menangkap tujuh aktivis, termasuk mantan pemimpin sayap mahasiswa Partai Nasionalis Bangladesh, selama penggerebekan di markas besar partai oposisi utama di Dhaka.

"Anggota partai yang berkuasa juga menargetkan mahasiswa yang tidak berunjuk rasa di dalam kampus. Pria, wanita, siapa pun yang menolak untuk berpihak pada pemerintah," kata Rubina Khatun, seorang mahasiswa di Universitas Dhaka.

Ia mengatakan para mahasiswa diberi waktu hingga pukul 6 sore hari ini untuk mengosongkan lingkungan universitas, tetapi beberapa mahasiswa memutuskan untuk tetap tinggal, dan terus berunjuk rasa menentang perintah.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI