Penuhi Pasokan Nasional, Bapanas Dorong Perkuat Ekosistem Gula
SinPo.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, penguatan ekosistem gula secara modern sangat penting dilakukan, demi memenuhi kebutuhan nasional.
Menurut Arief, penguatan ekosistem gula nasional harus dibangun mulai dari lini produksi, terutama bersama petani tebu rakyat. Ketika para petani tebu bersemangat tanam dan produksi, maka kemandirian pangan akan gula konsumsi dapat terwujud.
"Dengan harga yang baik, petani bisa mensuplai juga ke pabrik gulanya. Jadi petani happy, pabrik gula semakin modern, dan kebutuhan dalam negeri pun tercukupi. Ini luar biasa," kata Arief dalam keterangannya pada Jumat, 5 Juli 2024.
Arief melanjutkan, saat produksi dalam negeri kian meningkat, maka pasokan gula konsumsi untuk kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi.
"Apa yang telah kita kerjakan selama ini mulai membuahkan hasil. Yang pertama adalah membangun ekosistem pangan, khususnya gula, mulai dari tebu diproduksi kemudian sampai dengan jadi gula. Gula ini di tingkat petani harganya kita jaga, kemudian sampai dengan di hilir, harganya juga kita jaga dengan baik," tuturnya.
Menurutnya, apabila petaninya giat untuk menanam (nandur) dan harganya baik, gairah tanam petani akan terus ada dan hasilnya pun semakin baik dalam meningkatkan produksi.
"Ini kemandirian pangan, dengan kami memberikan harga yang baik kepada petani, maka petani bergairah untuk menanam," imbuhnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam 'Statistik Tebu Indonesia 2022' yang diterbitkan pada November, produksi gula pada 2022 yang mencapai 2,4 juta ton sebagian besar disokong oleh perkebunan rakyat sebesar 63 persen.
Selebihnya, perkebunan swasta 27 persen dan perkebunan besar negara 10 persen. Untuk itu, kemitraan pemerintah dengan para petani tebu rakyat penting untuk terus dijalin dengan baik.
"Saya selalu sampaikan ke pemerintah daerah bahwa pabrik gula seperti Krebet Baru ini, harus kita jaga bersama, karena ini yang menghidupi petani tebu yang ada di sekitar Malang dan sekitarnya. Apalagi PG Krebet Baru ini adalah salah satu pabrik gula milik BUMN yang terbesar. Tadi kita lihat gilingnya sudah 5,1 juta kuintal. Itu capaian yang luar biasa," ungkap Arief.
Ia pun berkomitmen menciptakan titik keseimbangan harga. Untuk itu, pihaknya telah menghitung struktur biaya secara kolaboratif, yang kemudian ditetapkan melalui kebijakan relaksasi gula konsumsi dari tingkat produsen sampai konsumen.
Sejak April 2024, harga gula konsumsi di tingkat produsen Rp14.500 per kilogram (kg) dan di tingkat retail atau konsumen Rp 17.500 per kg.
Sementara untuk daerah Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Barat Daya, dan wilayah 3TP (Tertinggal, Terluar, Terpencil, dan Perbatasan), harga gula konsumsi di tingkat retail atau konsumen Rp18.500 per kg.
Sebelumnya relaksasi harga gula konsumsi berakhir pada 30 Juni 2024 dan terus diperpanjang kembali sampai dengan terbitnya Peraturan Badan Pangan Nasional tentang Perubahan Kedua atas Perbadan Nomor 11 Tahun 2022 yang mengatur HAP Gula Konsumsi.
Demikian isi warkat Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA Nomor 425/TS.02.02/B/6/2024 tanggal 26 Juni 2024.
"Bapanas sudah menghitung cost structure, itu bukan dilakukan sendiri, tapi bersama-sama melibatkan APTRI, BUMN, seluruh pihak Kementerian lembaga, sehingga angka itu adalah angka yang wajar. Ini karena Presiden Jokowi menyampaikan harus ada angka wajar di tingkat petani sampai konsumen," tuturnya.
Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo selalu menyampaikan bahwa harga di tingkat petaninya juga harus baik, hal itu agar stok barang di pasar tetap ada.
"Jadi harus dibuat harga yang baik dan wajar. Nah ini sekarang sudah mulai dapat titik keseimbangannya," ungkap Arief.