UTANG INDONESIA

Penarikan Utang Baru Pemerintah per Mei 2024 Turun 12,2 Persen

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 27 Juni 2024 | 18:43 WIB
Menkeu Sri Mulyani (SinPo.id/ Ashar)
Menkeu Sri Mulyani (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mencatat, pemerintah telah menarik utang baru sebanyak Rp132,2 triliun hingga Mei 2024. Utang ini tercatat turun senilai 12,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy), sebesar Rp150,5 triliun. 

"Kalau kita lihat sampai dengan bulan Mei (2024) pembiayaan utang kita Rp132,2 triliun. Ini turun 12,2 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers  APBN Kita,  Kamis, 27 Juni 2024. 

Bendahara Negara itu menerangkan, penurunan nilai utang ini disebabkan penggunaan sumber dari saldo anggaran lebih (SAL) tahun sebelumnya. 

Namun, dia mengingatkan, di tengah fluktuasi suku bunga acuan, pembiayaan melalui utang, harus dikelola secara hati-hati. 

"Tentu teman-teman bertanya kok bisa pembiayaan utang turun pada saat penerimaan negara turun, padahal belanjanya naik? Karena kita juga menggunakan sumber yang berasal dari SAL tahun sebelumnya," ujarnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini melanjutkan, penurunan nilai penarikan utang ini buah dari keberhasilan pemerintah dalam mengelola kebijakan fiskal. Sebab itu,  pemerintah akan selalu berhati-hati dalam mengelola utang. 

"Ini tidak terlepas dari pengelolaan fiskal yang extremely hati-hati dari semenjak terjadinya pandemi. Dan tentu pada saat terjadinya recovery kita terus menjaga dan mengantisipasi akan normalisasi seperti ini, dan ini sekarang terjadi," ungkapnya.

Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan, untuk, realisasi pembiayaan surat berharga negara (SBN) tercatat  Rp141,6 triliun atau turun 2 persen secara yoy dibanding tahun lalu Rp144,5 triliun. Sedangkan pembiayaan non-utang naik 49,2 persen menjadi Rp47,6 triliun per Mei 2024 dibandingkan Mei 2023 senilai Rp31,9 triliun.

"Kalau kita lihat realisasi pembiayaan 31 Mei mencapai Rp84,6 triliun itu turun 28,7 persen pada saat APBN mengalami tekanan penerimaan, belanja naik, dan guncangan global yang luar biasa. Ini adalah suatu langkah yg disebut manajemen fiskal secara sangat prudent dan antisipatif," tukasnya.sinpo

Komentar: