Harga Pangan Dunia Melonjak, Bapanas: Momentum Maksimalkan Produksi Dalam Negeri

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 26 Juni 2024 | 17:13 WIB
Ilustrasi Presiden Jokowi dan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengunjungi sawah. (SinPo.id/Bapanas)
Ilustrasi Presiden Jokowi dan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengunjungi sawah. (SinPo.id/Bapanas)

SinPo.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mendorong agar produksi pangan pokok yang bersumber dari dalam negeri lebih ditingkatkan lagi. Hal ini menyusul harga pangan di pasar internasional mengalami peningkatan, bersamaan dengan nilai tukar rupiah yang melemah.

Menurut Arief, kondisi ini merupakan momentum agar efek ekonomi importasi kembali dirasakan Indonesia, bukan cuma negara mitra. 

"Kita harus fokus ke produksi dalam negeri. Ini waktunya kita lakukan peningkatan produksi. Apalagi kurs dollar saat ini sedang tinggi, di atas Rp 16.400 per dolar. Kita sangat ingin efek ekonomi dari importasi tidak hanya di negara mitra melulu, tapi kembali lagi ke Indonesia," kata Arief dalam keterangannya, Rabu, 26 Juni 2024. 

Diketahui, berdasarkan data The FAO Food Price Index (FFPI), pada Mei 2024 indeks harga pangan naik 1,1 poin menjadi 120,4 poin.

Pada bulan sebelumnya, indeks tercatat di 119,3 poin. Sementara di awal 2024, indeks masih berada di 117,7 poin. FFPI merupakan pengukuran perubahan harga bulanan lingkup internasional untuk sejumlah komoditas pangan. Indeks ini terdiri dari rerata harga lima komoditas, antara lain sereal, minyak nabati, produk susu, daging, dan gula.

Terkait itu, Arief menilai, Indonesia akan aman apabila setiap bulannya bisa tanam lebih dari 1 juta hektare sawah padi. Jumlah itu setara dengan 2,5 juta beras.

"Selanjutnya kita tinggal intensifikasi, mau berapa dinaikan rata-rata produksi per hektarnya. Kemudian ditambah ekstensifikasi, ini tentunya perlu infrastruktur teknologi pertanian. Pascapanen juga perlu disiapkan. Meningkatkan produksi itu sangat bisa," kata Arief.

Menurut Arief, jika peningkatan produksi dalam negeri berhasil diterapkan, tentunya pemerintah akan memperkuat stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

Kendati demikian, tegas Arief, dalam kondisi apapun, jumlah stok CPP harus mampu menopang berbagai program intervensi pemerintah ke pasar dan masyarakat.

"Jadi, Badan Pangan Nasional tentunya menyiapkan CPP, baik dari dalam maupun luar negeri. Ini semua demi CPP. Jadi kenapa kita melakukan importasi, itu semata-mata untuk CPP. Tapi adanya importasi tidak berpengaruh buruk ke harga petani kita, karena pemerintah terus pantau dan jaga di semua level rantai pasok kita, baik harga di produsen, pedagang, maupun konsumen," tandasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI