Fahrul Muhammad: Saya Hanya Ingin Buton Utara Maju, Setidaknya di Sultra
SinPo.id - Ingin melihat kampung halaman maju, masyarakat makmur, semua anak-anak mengenyam dunia pendidikan, akses kesehatan serba terjangkau menjadi tekad Fahrul Muhammad kembali maju di Pilkada Kabupaten Buton Utara (Butur), Sulawesi Tenggara (Sultra) 2024.
Jauh dari itu semua, sebagai mantan Kepala Dinas Pendidikan Butur, Fahrul ingin tetap mewakafkan diri mengabdi untuk daerahnya.
Walau sempat kalah pada Pilkada Butur tahun 2020 lalu, justru itu menjadi tekad kuat Fahrul untuk kembali maju, apalagi Pilkada kali ini tidak ada petahana.
"Alasan saya maju, untuk pengabdian kepada daerah. Dan pengabdian ini tidak punya batas, meskipun saya pahami bahwa mengabdi juga tidak harus menjadi Bupati, bisa juga di kegiatan lain. Namun untuk saat ini yang tepat saya harus maju. Kemarin saya kalah, justru itu juga bagian dari motivasi saya," kata Fahrul saat berbincang dengan SinPo.id, Kamis, 30 Mei 2024.
Fahrul sangat yakin, dengan modal sosial sudah dikenal masyarakat, pernah mengabdi sebagai tenaga pendidik untuk anak-anak selama puluhan tahun, tidak ada yang tidak mungkin untuk meraih kemenangan di Pilkada 2024, jika Tuhan menghendaki. Jiwa mengabdi pada masyarat sudah tertanam pada dirinya.
Saat ini, Fahrul sedang berusaha untuk mendapatkan rekomendasi-rekomendasi dari partai-partai politik sebagai tiket maju Pilkada.
Fahrul bercerita tentang banyak hal. Mulai dari kondisi kekayaan alam, potensi pariwisata, pertanian, sulitnya masyarakat untuk berobat, keresahan dia melihat infrastruktur yang tidak diperhatikan.
Apa saja gagasan yang ia bawa untuk memajukan Butur menjadi daerah maju, setidaknya dari 17 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara.
Berikut petikan wawancara SinPo.id dengan Fahrul:
Sebelumnya kalah, apa tidak kapok maju Pilkada Butur lagi?
Kemarin saya kalah, justru itu juga bagian dari motivasi saya, dengan modal pernah kalah. Biasanya di Buton Utara itu, dua bupati ini pernah kalah. Pak Abu Hasan (Bupati Butur periode 2016-2021), pernah kalah sama Pak Ridwan Zakariah (Bupati periode 2021), Pak Ridwan pernah kalah dari Pak Abu Hasan. Dan sekarang kan sudah tidak ada inkumben, itu salah satu motivasi saya.
Motivasi lain, saya kan warga negara, tentunya dijamin oleh undang-undang, baik memilih ataupun dipilih. Tentu itu pengabdian sebagai putra bangsa, terkhusus sebagai putra daerah.
Berapa kursi yang harus didapatkan untuk maju Pilkada Butur?
Representasi kursi, kalau kita banding dengan empat tahun lalu, memang kali ini lebih ketat. Dan Insya Allah buat saya, partai yang mudah-mudahan tuhan kabulkan termasuk, pertama Partai Gerindra, PDIP, PKB, PKS.
Andai kata saya urut-urut tempat saya mendaftar, maka termasuk Golkar dan Demokrat. Jadi 14 kursi saya mendaftar
Tetapi ketika saya sudah mendapat empat kursi saja, itu sudah memenuhi syarat, karena sudah 20 persen. Karena disanakan (DPRD Butur) legislatifnya hanya 20 kursi.
Kalau 20 persen berarti 4 kursi. Harapan saya ya Gerindra, PDIP, PKB, PKS ini sudah bisa. Gerindra 3 kursi, PDIP 3, PKB 2, dan PKS 1 kursi. Tapi kita juga tidak kesampingkan seperti Demokrat dan Golkar.
Semua masih berusaha untuk mendapat rekomendasi. Insya Allah. Karena yang namanya perjuangan itu di atas (tuhan) yang menentukan.
Bagaimana elektabilitas Anda jelang Pilkada Butur 2024?
Dari semua kandidat yang maju dari Buton Utara, baru saya yang survei pribadi, untuk itu sudah keluar elektabilitas saya pokoknya tinggi, untuk sementara nomor dua, tapi tidak perlu saya jelaskan angkanya, selisihnya tipis.
Kalau mau melihat survei, semua partai ini pada kehendaknya bisa mengakomodir saya.
Jadi, surveinya semula dari titik nol, tidak memasang rambu-rambu Pilkada, baik baliho, stiker, maupun saat itu saya menahan diri untuk tidak sosialisasi, supaya kita bisa lihat dari titik nol, tetapi Alhamdulillah kita juga tetinggi. Itu survei bulan 4 lalu, lembaganya BSI (Lembaga Survei Baromoeter Suara Indonesia).
Bagaimana persiapan amunisi atau logistik anggaran anda jelang Pilkada Butur 2024?
Persoalan amunisi saya kira sudah bagian dari pengalaman saya yang kemarin ketika kalah. Justru karena kekurangan amunisi, ya disamping kehendak Tuhan, kita gagal, karena kekurangan amunisi itu.
Olehnya itu, maka sudah matang saya pikir terkait dengan amunisi. Insya Allah kita sudah cukup persiapan. Intinya, soal amunisi itu Insya Allah lah kita sudah siapkan, untuk baliho, stiker, dan lain-lain.
Apa yang ingin dibenahi di Butur?
Jadi, untuk Buton Utara, dari 17 Kabupaten/Kota se-Provinsi Sulawesi Tenggara, hari ini dari sisi kesejahteraan mungkin (Butur) bagian yang terbelakang, meskipun data-datanya belum akurat buat saya. Tapi yang pasti, dari 17 kabupaten/kota itu, setengah mati dia (Butur) untuk bersaing (dengan kabupaten lain).
Nah, sekarang apa yang harus saya lakukan. Saya akan melihat dulu dari sisi geografisnya. Buton Utara itu di bagian selatan, dibatasi oleh Kabupaten Buton, kemudian bagian utara dibatasi oleh Kabupaten Muna, di sebela timurnya itu Laut Banda, disebelah baratnya ada beberapa kepulauan. Secara geografis masuk Buton, secara administratif masuk Kabupaten Muna.
Sehingga, dari arah selatan ke utara, secara geografis, Buton Utara kurang lebih 200 kilometer, tetapi kalau kita mulai berpijak jalan dari selaatan, itu ada namanya Desa Matta, kalau titik utaranya itu namanya Desa Mattalagi.
Jadi, dari Desa Matta ke Desa Mattalagi itu kurang lebih 200 Kilometer. Sekarang kalau kita jalan di sebelah timur itu akan kita lihat biru sepanjang perjalanan. Karena disitu Laut Banda, disamping itu ada sebuah potensi ekonomi luar biasa, yaitu hutan mangrove.
Kalau di bagian baratnya itu kita lihat sepanjang kurang lebih 200 Km itu hijau. Artinya, kalau kita kembangkan pertanian disitu, akan menjadi potensi sumber ekonomi masyarakat, desa akan terangkat.
Menurut Anda, apa masalah mendasar di Butur?
Dalam visi yang saya prioritaskan adalah penguatan infrastruktur. Kenapa? karena infrastuktur jalanan di sana, mungkin dari zaman Nabi Adam sampai sekarang itu tidak sempurna. Dari 17 kabupaten/kota Sultra, Buton Utara paling jelek. Tidak pernah tuntas sampai sekarang.
Jadi, kalau kita mau jalan dari Desa Matta tiba ke Desa Mattalagi, pasti kita tolak pinggang, ini bukan karena kita berani, tapi karena pinggang kita setengah mati kesakitan. Sehingga memang infrastuktur jalanan ini harus dibangun, tidak boleh ditawar-tawa.
Kedua, infrastruktur pertanian. Kenapa saya katakan tadi hijau sepanjang jalan, harus kita kembangkan bendungan dan irigasi. Potensi itu ada. Dan inilah yang akan menggerakkan perekonomian rakyat, menggerakan ekonomi petani, dan sekaligus akan mengurangi pengangguran, dari penggagur absolut menjadi penagnggur musiman.
Artinya, setiap tiga bulan dia akan bekerja bahkan akan menjadi tenaga kerja permanen jika sisi infrastruktur pertanian dibenahi.
Kemudian, infrastruktur kesehatan. Ini tidak boleh tidak. Harus diperhatikan, diprioritaskan, diselesaikan. Kenapa? di Buton Utara itu kalau orang, maaf-maaf, kecelakaan berobat harus menyeberang ke Kabupaten lain. Karena laboratorium penyediaan darah dan oksigen di Butur belum maksimal, sehingga kita harus mengambilnya di daerah lain.
Makanya, mau tidak mau harus ada infrastruktur kesehatan. Nah, sekarang kan tidak ada. Jadi memang sangat memprihatinkan untuk dari infrastruktur kesehatan.
Infrastuktur pendidikan. Pendidikan ini pada tahun 2009, itu kebijakan pendidikan nasional adalah peningkatan mutu. Salah satu misinya adalah perluasan infrastruktur.
Sejak saya jadi Kepala Dinas Pendidikan selama tujuh tahun, itu kurang lebih 50 sekolah yang saya bangun, baik tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Dan sampai sekarang bangunan-bangunan itu setelah saya purna tugas dari kepala dinas, hampir tidak ada lagi penambahan bangunan.
Setelah saya keliling, justru banyak desa yang mendesak harus dibangun sekolah-sekolah. Karena dalam satu desa sangat mustahil tidak ada sekolah, harus ada, minimal SD.
Kemudian, dari sisi kelautan dan pariwisata. Kelautan itu harus juga dibangun infrastukturnya. Paling tidak bantuan-bantuan, seperti alat tangkap ikan, kemudian kapal penampungan ikan, kapal es pendingin ikan, itu harus ada.
Dari itu semua ada beberapa hal yang perlu kita catat. Pertama, orang yang sakit akan menjadi sehat, kedua tidak akan banyak lagi masyarakat yang tidak mampu untuk ikut pendidikan, karena insya allah program saya akan mensubsidi pendidikan. Bukan lagi pendidikan dasar sembilan tahun, tapi pendidikn dasar 12 tahun, kemudian ini akan mengurangi pengangguran.
Ketika infrastruktur seperti pertanian dibangun, misalnya irigasi, bendungan, tentunya dengan sendirinya yang punya lahan-lahan pertanian itu akan mendapatkan pekerjaan, yang tadinya hanya mengandalkan tanaman musiman setahun sekali, tada hujan, kemungkinan bisa jadi tiga kali. Sehingga mereka yang menganggur, yang sekarang banyak bertransmigrasi ke daerah lain, ke Morowali, dia bisa kembali ke daerahnya, ke Buton Utara.
Kan sekarang itu Buton Utara kurang lebih empat ribu tenaga kerja, yang tidak dapat pekerjaan, lalu pindah ke tempat lain. Ketika infrastuktur pertanian ini bisa kita selesaikan, pasti mereka akan kembali.
Kemudian bagi masyarat tidak mampu kita akan subsidi pendidikannya, sampai mungkin pada tingkat sarjana, dan kita akan kasih beasiswa.
Butur dikelilingi laut, bagaimana potensi pariwisatanya menurut Anda?
Potensi pariwisata di sana luar biasa, itu saya katakan tadi di sana ada hutan Mangrove. Di Sultra, mungkin Buton Utara yang paling besar hutan mangrovenya.
Belum lagi Laut Banda. Keindahan di dalam laut itu luar biasa. Tugas kita bagaimana cara untuk mengembangkan ini, dan tidak ada jalan, kita harus cari sumber daya manusia yang memang punya kemampuan untuk itu, baru kita jadikan konsultan. Mereka ini yang akan kerjasama, mereka ini yang akan kita harap untuk mencari investor atau mungkin untuk menjadi duta-duta pariwisata.
Kemudian, hasil laut di sana terus terang luar biasa besar, hasil laut perikanan. Tapi karena fasilitasnya kurang memadai, maka masyarakat yang memang nelayan, tidak maksimal mereka mendapat hasil tangkapannya. Dan, harusnya tidak boleh tidak, pemerintah harus turun tangan.
Untuk itu semua, Insya Allah kalau tuhan memberi kita kesempatan (jadi Bupati), maka ada satu wadah ekonomi yang sifatnya swasta, yang kerja sama dengan Pemerintah Daerah.
Maka, kita akan buka Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), ini akan terkoneksi dengan desa yang namanya Bumdes. Sehingga hasil-hasil pertanian, dengan adanya infrastruktur tadi, semuanya menjadi lancar, petani pun untung.
Semuanya akan berjalan maksimal, dan kemudian hasilnya bagus. Kita cegah itu tengkulak ataupun pedagang yang tidak bertanggung jawab. Daerah yang akan ambil alih, akan kerjasama dengan Bumdes, semuanya demi kesejahteraan petani.
Oleh karena itu, di dalam baliho saya sekarang itu tertulis setiap desa kita akan kasih tambahan dana Rp60 juta. Maknanya, ini akan termuat dalam visi-misi untuk menggerakan roda-roda perekonomian.
Tapi tentunya kita akan kerjasama dengan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebagai tim supervisi, apakah ini melanggar keuangan atau tidak.
Bagaimana perhatian Anda terhadap UMKM?
UMKM di sana itu banyak juga kelompok-kelompok usaha. Disana memang kurang SDM, sehingga pengelolaanya kurang maksimal.
Contohnya, seperti potensi ikan asap. Itu kalau dikembangkan sangat luar biasa, belum lagi cengkeh, koperasi. Hanya memang selama ini tidak ada yang memback-up, dan pemerintah belum maksimal memberi perhatian, maka akhirnya kayak mati suri begitu.
Ikan Cakalang ini kan bisa juga dikembangkan menjadi apa gitu, seperti abon. Ini kan tidak dikembangkan. Pemerintah daerah tidak boleh diam begini. Dan semua ini punya nilai ekonomis yang luar biasa.
Potensi lainnya, ada jenis kepiting, mungkin tidak ada di daerah lain, namanya Tamea, kepiting kecil. Hanya ada di Buton UtaraItu kalau dikembangkan sangat bagus, akan menarik wisatawan. Tamea itu kepiting bakau tapi kecil, daerah lain itu tidak ada. Ini belum terekspos, belum dikenal banyak orang.
Beriktunya rumput laut sangat besar potensinya kalau di backup oleh perusahaan daerah. Artinya, kalau pemasarannya tidak dimainkan oleh tengkulak ini sebetulnya luar biasa buat masyarakat. Masyarakat tidak lagi diakal-akali.
Karena yang menjadi masalah di Buton Utara itu memang ketika hasil banyak, dipasarkan ke kabupaten lain, maka harga turun.
Selain itu ada juga minyak Nilam. inyak itu, katanya dijadikan bahan baku parfum, sekarang itu harganya, karena produksinya lagi kurang, satu liter sekarang satu juta lebih. Kalau ini dikembangkan jadi kelompok-kelompok ekonomi kerakyatan itu akan menjadi luar biasa.
Hanya itulah tadi, dari sisi pendanaan, kedua dari sisi SDM, artinya tidak ada supervisor yang memberi pengayaan ilmu ke mereka. Sentuhan dari Pemda kurang. Di sana itu tanah tidur tidak dikelola ribuan hektar, maka itulah saya tertarik untuk dirikan BUMD. Nanti kita lihat jenis komoditas apa yang bisa mempercepat laju ekonomi kerakyatan. Karena kalau infratuktur jelek siapa yang mau ke sana. Ini harus kita bereskan.
Apa Harapan Anda terhadap Butur di masa mendatang?
Harapan saya ketika saya menjadi Bupati Buton Utara, dengan program saya jelaskan, sudah bisa dibangun, maka bukan lagi dia bersaing, tetapi insya allah mudah-mudahan dia akan lebih maju, diantara 17 kabupaten/kota, justru dia akan menjadi pilot projek di Sulawesi Tenggara, sebagai percontohan, ketika beberapa uraian tadi bisa saya selesaikan.
Riwayat pendidikan:
1. SD Negeri 1 Ereke (1969-1975)
2. SMP Negari 1 Ereke (1975-1978)
3. SMA Negeri 1 Bau-Bau (1978-1980)
4. S1 IKIP Makassar Tahun 1980-1985
5. S2 Universitas Wijaya Putra Surabaya Tahun 2000-002
Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar (1982-1987)
2. Sekretaris PGRI Kabupaten Kolaka (1999-2004)
Riwayat Pekerjaan:
1. Guru SMA Botolempangan Makassar (1986-1988)
2. Guru SMA Negeri Kuliususu (1988-1991)
3. Guru SMA Negeri 2 Kolaka (1991-1998)
4. Pengawas Dinas Kabupaten Kolaka (1998-2003)
5. Korwas Dinas Pendidikan Kabupaten Kolaka (2003-2006)
6. Kabid Pendidikan Luar Sekolah Kabupaten Kolaka (2006-2008)
7. Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara (2008-2009)
8. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara (2009-2016)
9. Pengusaha (2016-sekarang)