Bukan Lagi Pandemi, Legislator Golkar Minta Publik Tenang Respons Covid-19 Singapura
SinPo.id - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena meminta masyarakat tak perlu terlalu khawatir dengan temuan varian virus Covid-19 di Singapura, yakni KP.1 dan KP.2. Apalagi, status pandemi sudah dicabut.
"Yang penting bahwa penyakit ini itu bisa diantisipasi oleh masyarakat Indonesia dengan baik maupun juga oleh faskes (fasilitas kesehatan) ya," kata Melki kepada wartawan, Jakarta pada Rabu, 22 Mei 2024.
Di sisi lain, Melki meminta pemerintah menyiapkan faskes yang baik untuk masyarakat. Dia menilai Covid-19 bukan ancaman serius jika faskes di Tanah Air tersedia dengan baik.
"Jadi kalau orang sakit itu kalau Faskes-nya bisa ditangani kan aman ya. Jadi Covid-19 ini juga sekarang bukan lagi pandemi, bukan lagi hal yang sangat luar biasa juga, kalaupun naik pada musim tertentu itu ya tinggal diurus aja dengan baik," ujar Melki.
Legislator fraksi Partai Golkar itu kembali meminta masyarakat agar tak merespons fenomena itu terlalu berlebihan seperti saat virus Covid-19 pertama kali muncul. Terlebih, sejauh ini pasien Covid-19 masih dapat teratasi dengan baik dan tidak perlu harus ke rumah sakit.
Melki menilai hal ini menandakan jika vaksinasi Covid-19 sukses dan kekebalan tubuh masyarakat Indonesia sudah berjalan dengan baik.
"Jadi kita antisipasi seperti biasalah seperti penyakit-penyakit lainnya. Ini bukan lagi pandemi, sudah seperti flu dan sebagainya," ujarnya.
Sebelumnya, jumlah infeksi Covid-19 di Singapura diperkirakan naik menjadi 25.900 pada Minggu, 5 hingga 11 Mei 2024. Kenaikan kasus naik 90 persen dibandingkan dengan 13.700 kasus pada minggu sebelumnya.
Rata-rata rawat inap harian akibat Covid-19 meningkat menjadi sekitar 250 dari 181 pada minggu sebelumnya. Sementara itu, rata-rata kasus harian di perawatan intensif tetap rendah, yaitu tiga kasus dibandingkan dua kasus pada minggu sebelumnya.
Kasus lonjakan tersebut dipicu oleh varian baru Covid-19 KP.1 dan KP.2. Hingga saat ini, kedua varian tersebut mencakup lebih dari dua pertiga kasus di Singapura.