Enam WNI Ikut Misi “Freedom Flotilla” yang Akan Berlayar ke Gaza

Laporan: Khaerul Anam
Jumat, 26 April 2024 | 06:46 WIB
Para aktivis mengadakan konferensi pers di dalam kapal Koalisi
Para aktivis mengadakan konferensi pers di dalam kapal Koalisi "Freedom Flotilla" (SinPo.id/AP)

SinPo.id - Armada yang membawa bantuan kemanusiaan dan ratusan aktivis hak asasi manusia internasional, dari sedikitnya 30 negara, akan berlayar dari kota Istanbul ke Gaza, demi membantu korban perang di wilayah konflik itu. Rencana itu diinisiasi oleh kelompok aktivis Freedom Flotilla Coalition (FFC). Harapannya, mereka dapat menembus blokade Israel.

Ghani Ramdhan adalah perwakilan lembaga swadaya masyarakat Golden Future Indonesia dan Taqwa Squad Indonesia, yang terlibat dalam misi tersebut.

“Dari pihak (Freedom) Flotilla sendiri sudah menyiapkan sekitar 5.500 ton bantuan dan (perwakilan) beberapa NGO. Kita di sini diperbantukan tenaganya untuk menyalurkan bantuan ke Gaza,” kata dia.

Enam warga Indonesia, yang ikut berpartisipasi telah berada di Turki, termasuk tiga orang perwakilan lembaga swadaya masyarakat dan tiga jurnalis.

Nur Ikhwan Abadi adalah Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG). Sayap perempuan lembaga swadaya masyarakat ini, Maemuna Center, memiliki misi membangun Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Indonesia di Gaza.

Ikhwan pernah menjalankan misi serupa pada 2010 dengan menumpangi kapal Mavi Marmara. Kala itu, pihaknya bekerja sama dengan tim relawan MER-C yang membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. Namun, misinya terhambat razia oleh militer Israel. Peristiwa tersebut menewaskan 10 orang.

Sebelum berlayar, Ikhwan mengatakan, para peserta telah diberikan pelatihan non-kekerasan, untuk mengantisipasi risiko infiltrasi dari pihak lain ke dalam kapal yang mereka tumpangi. Lembaganya pun telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Kementerian Luar Negeri RI. tentang keikutsertaan mereka dalam misi ini.

Meski demikian, ia paham risiko yang dihadapinya. “Misi kita (ini) misi damai, ya, dan tujuan kita bukan lain-lain, hanya ingin menyampaikan bantuan saja. Jadi, saya pikir, ya harus tetap tenang,” ujarnya.

Meski awalnya telah dijadwalkan untuk berlayar pada Jumat (26/4) waktu setempat, Ghani menyampaikan rencana keberangkatan Freedom Flotilla tertunda hingga 27 April.

“Untuk alasan hambatan itu sendiri, dari pihak Flotilla menerangkan, ada beberapa izin yang belum keluar dari pihak Turki, dan juga ada beberapa pengecekan barang bantuan yang akan dikirim ke Gaza itu sendiri, dan itu membutuhkan satu atau dua hari dari sekarang,” jelas Ghani.

Menanggapi rencana keberangkatan armada tersebut, Vedant Patel, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, sekutu dekat Israel, pada Kamis (25/4) mendorong agar pengiriman bantuan dilakukan melalui jalur penyeberangan resmi.

“Kami menyambut baik setiap negara atau entitas mana pun yang ingin berbuat lebih banyak untuk membantu meringankan penderitaan di Gaza. Hanya saja, kami meyakini bahwa bantuan semacam ini, yang pada akhirnya diperuntukkan bagi Gaza, harus disalurkan melalui penyeberangan yang resmi dan jalur yang telah ditetapkan,” kata Patel.

Patel menambahkan penyebrangan resmi merupakan cara terbaik untuk memastikan tidak hanya kelancaran pengiriman paket bantuan, tetapi juga menjamin keselamatan dan keamanan para pekerja yang terlibat dalam pelayaran, dan memastikan bahwa bantuan tersebut sampai ke lokasi yang seharusnya.

Pihak Israel sendiri belum memberikan tanggapan atas rencana pelayaran Freedom Flotilla.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI