BMKG Ungkap Banjir di Semarang Terjadi Karena Penurunan Tanah
SinPo.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan banjir yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah terjadi bukan hanya karena cuaca ekstrem di wilayah tersebut.
Menurutnya, banjir di Semarang akibat kondisi permukaan tanah yang menurun. Keadaan tersebut juga diperparah oleh adanya banjir rob.
"Kenapa tampaknya Semarang paling parah ya, karena memang wilayah semarang ini dari penyelidikan geologi itu terjadi penurunan secara kontinu sehingga lahannya, terutama di pesisir, lahannya lebih rendah daripada muka air laut," kata Dwikora dalam keterangannya secara daring, Kamis, 14 Maret 2024.
"Itu menjadikan kenapa kok nampaknya disitu seakan-akan paling parah, padahal kan pasokan hujannya kurang kebih sama dengan daerah sekitarnya, tapi efek di darat itu dipengaruhi kondisi lahan setempat dimana permukaan tanahnya mengalami penurunan," tambahnya.
Dwikora menjelaskan, adanya fenomena cuaca yang terjadi secara bersamaan juga membuat banjir di Semarang terlihat lebih parah dari pada wilayah lainnya.
"Jadi kondisi banjir kali ini di semarang adanya fenomena yang bersamaan bajir rob, air pasang, kemudian bibit siklon dan sekaligus kenapa semarang, kenapa daerah di sekitarnya enggak? Karena yang mengalami penurunan lahan yang paling parah itu di semarang. Jadi ini bukan hanya persoalan hujan, bukan hanya persoalan cuaca tapi persoalan lahannya juga," paparnya.
Dilain sisi, Dwikora juga menyebutkan bahwa cuaca ekstrem tidak hanya melanda wilayah Semarang saja, melainkan sebagian besar wilayah di Pulau Jawa.
Kondisi cuaca demikian, menurutnya bakal berlangsung hingga beberapa hari kedepan. Untuk itu, masyarakat diminta terus memeriksa keadaan cuaca kedepan melalui informasi BMKG yang bisa diakses secara online.
Untuk diketahui, Kota Semarang dikepung banjir akibat cuaca ekstrem yang ditandai hujan dengan intensitas tinggi disertai petir dan angin kencang di hampir sebagian besar wilayah pada Rabu, 13 Maret 2024 malam.
Berdasarkan monitoring satelit klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah dengan dampak cuaca ekstrem ini terpantau meliputi Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan.
BNPB mencatat, Kota Semarang telah terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) antara 15-80 cm. Kondisi banjir juga mengalami tren kenaikan genangan akibat hujan masih berlangsung hingga menjelang tengah malam.